Durasi Puncak Covid-19 BA.4 dan BA.5 Diprediksi Lebih Panjang, Ini Alasannya

 

BARU: Varian Covid-19 jenis BA.4 dan BA.5 mulai muncul di Indonesia - Foto Nett


BORNEOTREND.COM- Indonesia kembali menghadapi lonjakan kasus Covid-19, kali ini imbas masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. 

Pada Kamis (16/6/2022) lalu, RI mencatat 1.173 kasus baru Covid-19. Epidemiolog menyebut, puncak gelombang Corona kali ini akan berlangsung lebih panjang. Kenapa?

"Ini durasinya akan lebih panjang. Durasi ketika sekelompok orang atau komunitas rawan di kita terinfeksi, lama di puncak akan lebih lama karena dia ada potensi reinfeksi," ujar Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, Kamis (16/6/2022) lalu.


"Jadi jumlah orang yang terpapar jadi lebih banyak lagi. Selain ini kan bermunculan sedikit-sedikit, jadi fase di ketinggiannya agak lama," sambungnya.

Namun begitu fatalitas dan kasus kematian pada gelombang Covid-19 RI kali ini tidak akan separah pada gelombang Delta tahun lalu. Meskipun jumlah kasus berpotensi lebih tinggi dibandingkan gelombang Delta, fatalitas akan lebih rendah lantaran masyarakat sudah memiliki imunitas terhadap virus Corona.

"Tapi bicara dampak, angka kesakitan dan kematiannya itu jauh lebih rendah daripada Delta potensinya secara umum karena kita sudah punya modal imunitas. Tapi angka kasus infeksi sebetulnya bisa lebih tinggi dari Delta," tambahnya.

Akan tetapi lantaran testing dan tracing di RI terbatas, dirinya menyorot potensi hanya kasus-kasus bergejala yang bisa terdeteksi. Risikonya, kasus-kasus yang tidak terdeteksi tersebut bisa menular ke orang-orang rentan.

"Permasalahannya di kita adalah satu rezim testing kita pasif, testing kita kan nggak masif. Tracing juga nggak masif. Kemudian sekarang dengan perilaku masyarakat dites nggak banyak. Yang akan terdeteksi adalah kalau kasus di puncak gunung es, kasus-kasus yang bergejala," terangnya.

"Artinya sebetulnya bukan berarti lebih sedikit, bukan berarti virus ini lebih lemah karena secara data tidak lebih lemah. Dia virulensinya jauh lebih dari Delta. Hanya modal imunitas yang saat ini ada di masyarakat jauh lebih besar, lebih baik. Tapi pada kelompok sebagian ada yang masih rawan sehingga bisa fatal," pungkasnya.

Sumber: Detik

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال