MEGAH: PLN melalui Program Cofiring sukses menurunkan emisi PLTU Asam-Asam - Foto Dok |
BORNEOTREND.COM- Sejak Oktober 2021 lalu, PT PLN (Persero) telah menerapkan teknologi substitusi baru bara dengan biomassa sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam Asam. Melalui program co-firing, PLN melakukan penyampuran limbah kayu atau yang lebih dikenal dengan istilah saw dust dengan batu bara.
Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Asam Asam Dani Esa Windiarto menjelaskan, sejak diterapkannya cofiring sebesar 5% di PLTU Asam Asam, parameter operasional peralatan pembangkit terpantau aman dan beberapa parameter emisi yang dihasilkan mengalami penurunan.
"Dari hasil evaluasi kami, parameter operasional peralatan pembangkit terpantau aman dan beberapa parameter emisi yang dihasilkan mengalami penurunan," terang Dani.
Pada Juni 2022, dirinya mencatat program cofiring yang dilaksanakan telah menghasilkan 855Megawatt hour (MWh) energi hijau dan lebih dari 5000 Metrik Ton (MT) emisi karbon dioksida (CO2eq) telah berhasil ditekan.
“Hal ini menjadi bukti komitmen kami dalam mendukung upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mempercepat pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025,” tambahnya.
Selain membawa manfaat bagi lingkungan, dirinya juga menjelaskan program co-firing PLTU Asam-asam juga membawa efek positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
“Kami mengupayakan terbentuknya circular economy dengan keterlibatan masyarakat dalam penyediaan serbuk kayu untuk program ini. Sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan karena nilai ekonomi limbah serbuk kayu turut meningkat,” timpalnya.
Salah seorang warga yang turut serta dalam menyediakan limbah kayu kepada PLN, Masran mengatakan dirinya merasa terbantu berkat program co-firing yang sudah dilaksanakan PLN.
“Serbuk kayu yang dulu kami anggap limbah ternyata bisa bernilai ekonomis dan dapat membantu masalah pengelolaan sampah di lingkungan kami. Kami berharap program ini terus berjalan dan limbah saw dust yang kami hasilkan dapat terus diolah” tukasnya.
Sumber: PLN UIKL Kalimantan