Sukhrowardi, anggota DPRD Kota Banjarmasin (Foto: nett) |
BORNEOTREND.COM - Saat ini Kota Banjarmasin dipimpin oleh Ibnu Sina untuk kedua kalinya yang berpasangan dengan Wakil Walikota dari Herman berganti ke Arifin Noor. Ketertarikan warga Kota Banjarmasin dengan sosok Ibnu Sina salah satunya selalu sumringah ketika menghadapi kritik dan bertemu dengan siapa saja. Baik kalangan legislatif, seniman/budayawan, kalangan intelektual, bahkan dengan para ulama di kota tidak terbantahkan lagi.
Dekat dengan kalangan ulama tentu karena ilmu tentang agama yang dimilikinya juga tak diragukan. Dimana pun jika diminta sebagai khatib Jumat selalu siap, atau hanya mengisi tausiyah di mushala atau rumah warga.
Sejak awal periode kedua terpilihnya Ibnu Sina yang berpasangan dengan Ariffin Noor, pembangunan dan pengembangan infrastruktur di kota ini berbasis kewaliyahan. Ini menjadi andalan atau prioritas mengingat luas wilayah Kota Banjarmasin yang hanya 92 km, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Memerlukan penataan dan pengembangan yang maksimal untuk menjadi sebuah yang akan beranjak dari kota sedang menuju kota metropolitan. Apalagi dari segi geografis dan demografis dengan wilayah tetangganya sangat menunjang, hal ini didorong lagi dengan kebijakan pusat yang telah menetapkan kawasan Metropolitan Banjarbakula.
Ada beberapa pembangunan fisik atau infrastruktur seperti Jembatan Bromo dan Jembatan HKSN, Jembatan Gerilya dan Jembatan Sungai Jingah (masih penggodokan perencanaaan).
Disadari fungsi jembatan selain menghubungkan satu wilayah ke wilayah lainnya sangat membantu percepatan dan pemerataan pengembangan wilayah. Dengan karakteristiknya yang khas dengan banyaknya sungai dan anak sungai memang memerlukan pembenahan/penataan dimaksimalkan untuk menunjang sebagai objek pariwisata kota.
Beberapa kawasan kumuh kota di pinggiran sungai yang dulunya jadi pemandangan tidak sedap, kini mulai tampak rapi. Seperti di Muara Kelayan, berdiri rumah susun..dan siringnya ditata, begitu juga hadirnya rumah Banjar tua sebagai cagar budaya, dan deretan kampung biru dan hijau terlihat dalam penyusuran sungai ke obyek wisata pasar terapung Lok Baintan.
Di jalur transportasi darat/angkutan kota, seiring program Kementerian Perhubungan RI dengan hadirnya sarana angkutan bis (gratis), dan dibangunnya beberapa halte di beberapa tempat di kota ini. View kota terbuka luas dengan penertiban bando-bando reklame meskipun berisiko konflik dan pengurangan PAD. Pintu gerbang Kota Banjarmasin yang dibangun penuh kontroversi di zaman almarhum Walikota Banjarmasin H Yudhi Wahyuni, serasa menyambut kedatangan tamu yang datang ke kota ini dengan gagah dan penuh artistek Banjar dipadu gaya modern dengan lampu warna-warni nan indah di malam hari.
Begitu juga jalur pedestrian jalan protokol mulai Jl A Yani ditata apik dan rapi dengan dihiasi taman vertikal dan lampu lampu.membuat wajah kota terlihat indah. Pemindahan pedagang makanan sepanjang A Yani sebagian pindah ke pusat kuliner beriman, ..tanpa lewat kekerasan ..pembenahan pedistrian dipusat kota terus.dibenahi. Penataan kawasan perdagangan Jl Hasanudin dan lainnya hingga rencana revitalisasi kawasan Sudimampir yang mirip kawasan Mangga Besar dan Mangga Dua Jakarta..Program penguataan ekonomi kerakyatan juga dilakukan melalui program wira usaha baru, program Bahuma (bausaha tanpa bungga) kini terus digiatkan.
Kompetensi, komitmen dan kebersamaan
Di tengah melajunya program pembangunan Kota Banjarmasin, Ibnu Sina juga mengalami kesulitan, dimana sebagian para senior ASN di lingkungan Pemko Banjarmasin memasuki masa pensiun dan percepatan reformasi birokrasi ASN. Regulasi yang sangat prosedur ditambah tekanan kepentingan politik sewaktu merebut hati rakyat kembali. Kondisi ini membuat Ibnu Sina memperlambat laju pembangunan karena kompetensi ASN. Seperti like and dislike. Akibanya kelihatan penertiban yang sudah ditertibkan kembali tumbuh dan tak terselesaikan dengan baik.
Contoh kerja sama taman edukasi dan berujung kubah mushola di depan duta mall satu-satunya punya Banjarmasin.terlindungi estetika keindahan dan ciri bahwa Banjarmasin kota religius. Segala upaya untuk segera diselesaikan namun jalan buntu penyelesaian didapat.
Kompetensi para pembantu Ibnu belum kelihatan kinerjanya sehingga masalah sederhana tidak terurai dengan baik.
Tantangan dan kendala itu membuat Ibnu Sina memilih dan memilah pembangunan apa yang minim risiko koflik dan bisa dengan cepat terselesaikan agar warga kota bisa merasakan perubahan.
Kekompakan adalah yang membuat modal Ibnu Sina menjadi tantangan tersendiri olehnya. Adanya rencana revitalisasi Pasar Batuah yang sudah berusia 30 tahun saat HUT ke-496 Kota Banjarmasin saat ini belum kunjung selesai. Persoalannya pun bisa berujung dibawa ke ruang sidang. Menjadi bukti kompak atau tidaknya program bisa dilaksanakan.
Banyak kekompakan belum terlihat .akibat program-program prorakyat tidak saling melengkapi, seperti penanganan kemiskinan dan seterusnya. Padahal bisa mengambil hikmah dari pendemi Covid-19 dan Banjarmasin diterpa banjir, seyogyanya menjadi hal yang bisa meningkatkan komitmen dan kebersamaan, baik Ibnu Sina, ASN-nya serta legislatif.
Kalau saja kompetensi, komitmen dan kebersamaan diatas bisa ditingkatkan, maka Kota Banjarmasin sebagai ibukota Provinsi Kalsel yang sudah berusia 5 abad ini, dengan kekuatan sebagai pintu gerbang IKN Indonesia, maka julukan kota jasa dan perdangangan yang ramah dan apik diharapkan juga mampu membuat penghuninya makmur, sejahtera dan berkeadilan.
Selamat milad kota kelahiranku yang ke-496.
Penulis, Wakil Rakyat Kota Banjarmasin