Krisis Iklim di Indonesia, BNPB: Pemda Harus Tingkatkan Kesiapsiagaan Tidak Hanya Satu Jenis Bencana Saja

KRISIS IKLIM: Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan krisis iklim membuat musim tidak bisa diprediksi - Foto Net.


BORNEOTREND.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan dampak krisis iklim yang terjadi di Indonesia.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan krisis iklim membuat musim tidak bisa diprediksi. Dia menyebut pakem-pakem waktu kemarau dan hujan yang dulu sudah tak sesuai lagi.

Pada musim yang seharusnya kemarau, seperti pada bulan-bulan Mei, Juni, Juli, hujan juga kerap turun. Begitu pun sebaliknya.


"Sekarang fase musim yang kenal dulu itu sudah bergeser tidak karuan," kata Abdul di Youtube BNPB Indonesia, Senin (19/9/2022).


Abdul berkata salah satu dampak krisis iklim yakni bencana kering dan basah bisa terjadi di satu titik yang sama dalam waktu berdekatan.

Ia memberi contoh bencana yang terjadi di Aceh. Di provinsi itu, kata Abdul, kerap terjadi banjir, tetapi tak lama terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Jadi dalam satu provinsi pun sekarang kebakaran hutan, banjir bandang, tanah longsor bisa terjadi dalam saat bersamaan, mungkin ada jeda beberapa hari, tapi jaraknya sangat dekat," ungkapnya.

Oleh sebab itu, BNPB mengimbau pihak-pihak terkait agar tetap waspada. Sebab, bencana makin sulit diprediksi.

"Pemerintah daerah harus bisa meningkatkan kesiapsiagaannya. Tidak pada satu jenis bencana saja," ucap dia.

Sebagai informasi, sejak Januari sampai 18 September 2022, BNPB mencatat Karhutla terjadi sebanyak 204 kali, banjir sebanyak 1.002 kali dan cuaca ekstrem sebanyak 815 kejadian.

Sumber : CNN Indonesia
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال