BAHAN BAKAR B40: Pemerintah saat uji jalan (road test) penggunaan bahan bakar B40 (campuran biodiesel 40%) pada kendaraan bermesin diesel - Foto Net. |
BORNEOTREND.COM - Uji jalan (road test) penggunaan bahan bakar B40 (campuran biodiesel 40%) pada kendaraan bermesin diesel telah selesai dilakukan. Setelah ini, pemerintah akan mengeluarkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40 dan bisa segera diterapkan.
Pemakaian Bahan Bakar Nabati (BBN) khususnya biodiesel diharapkan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Arifin menambahkan, pemerintah akan terus mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi yang ada di Indonesia. Apalagi, dunia dihadapkan pada tantangan pemenuhan energi imbas perang Rusia dan Ukraina.
"Mata kita sekarang baru terbuka di tengah krisis konflik Rusia sama Ukraina yang menyebabkan kesulitan pasokan energi khususnya migas karena sumber migas yang banyak di Rusia tidak bisa dimanfaatkan lalu kemudian produsen migas, OPEC+ itu mengurangi produksinya," ungkapnya.
Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan EBT untuk mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri yang selama ini dipenuhi melalui impor.
"Kita bayangkan sekarang produksi minyak kita kira-kira 650.000 barel per hari sedangkan kebutuhan kita 1,3 juta barel per hari. Apa jadinya kalau kita tidak bisa beli yang 650 ribu barel karena tidak ada pasokan. Apalagi kemampuan kita itu cuma 50%, Separuhnya kebutuhan kita dipenuhi dari minyak impor," tambahnya.
"Sekarang kita harus berbenah, buru-buru untuk bisa mencoba memanfaatkan sumber-sumber energi yang terbarukan khususnya untuk bisa kita manfaatkan dan ke depannya kita harus bisa mandiri energi, itulah yang namanya ketahanan energi buat Indonesia," tambah Arifin.
Arifin juga mengatakan, ekosistem dunia persawitan sudah berjalan untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi fosil dan Indonesia memiliki kemampuan untuk dengan luas lahan yang tersedia. Selain sawit sumber energi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ethanol.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menambahkan, dari 50.000 KM tersisa 6.000 KM lagi dan jika sudah selesai maka akan didapat kesimpulan final hasil test yang menjadi rujukan.
"Road Test B40 tersisa 6.000 lagi. Jadi hasil final untuk kendaraan yang pertama itu akan bisa kita dapat dalam dua minggu ke depan. Hasil final ya," ujar Dadan.
Saat ini, didapat hasil dari tes yang sudah berjalan, mobil dapat beroperasi dengan normal dan mulus seperti menggunakan bahan bakar solar biasa terbukti tidak terjadi mobil mogok dan juga tidak terjadi blocking di filter bagian utama hal ini berbeda dengan test sebelumnya.
Selain persiapan teknis di mesin kendaraan untuk bisa diterapkan sebagai bahan bakar B40, pemerintah juga akan memastikan ketersediaan infrastruktur dari Pertamina dan badan usaha lain terkait fasilitas blendingnya mencukupi kebutuhan atau tidak.
"Sekarang kan semuanya didesain di B30, sekarang kan B40 jadi pipanya juga nanti butuh pompa. Ya nambahnya kan 10%," ujar Dadan.
Terkait pasokan BBN, Dadan mengatakan pasokan tersebut untuk memenuhi kebutuhan B40. "(Pasokan BBN) kita ini sekarang 16,3 juta kilo liter (kl), kalau B40 perlunya 15 juta Kl sekian. Jadi tidak usah khawatir, kita akan masuk dua pabrik baru di awal tahun depan," tutup Dadan.
Sumber : detik.com
Pemakaian Bahan Bakar Nabati (BBN) khususnya biodiesel diharapkan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
"Pertama, saya senang performa B40 bisa merespons kebutuhan energi kendaraan. Kedua, emisinya bisa turun karena pemanfaatan bioenergi makin tinggi. Kita patut bersyukur negeri kita ini memberikan potensi sumber energi yang banyak," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dikutip dari laman Kementerian ESDM, Rabu (2/11/2022).
Arifin menambahkan, pemerintah akan terus mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi yang ada di Indonesia. Apalagi, dunia dihadapkan pada tantangan pemenuhan energi imbas perang Rusia dan Ukraina.
"Mata kita sekarang baru terbuka di tengah krisis konflik Rusia sama Ukraina yang menyebabkan kesulitan pasokan energi khususnya migas karena sumber migas yang banyak di Rusia tidak bisa dimanfaatkan lalu kemudian produsen migas, OPEC+ itu mengurangi produksinya," ungkapnya.
Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan EBT untuk mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri yang selama ini dipenuhi melalui impor.
"Kita bayangkan sekarang produksi minyak kita kira-kira 650.000 barel per hari sedangkan kebutuhan kita 1,3 juta barel per hari. Apa jadinya kalau kita tidak bisa beli yang 650 ribu barel karena tidak ada pasokan. Apalagi kemampuan kita itu cuma 50%, Separuhnya kebutuhan kita dipenuhi dari minyak impor," tambahnya.
"Sekarang kita harus berbenah, buru-buru untuk bisa mencoba memanfaatkan sumber-sumber energi yang terbarukan khususnya untuk bisa kita manfaatkan dan ke depannya kita harus bisa mandiri energi, itulah yang namanya ketahanan energi buat Indonesia," tambah Arifin.
Arifin juga mengatakan, ekosistem dunia persawitan sudah berjalan untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi fosil dan Indonesia memiliki kemampuan untuk dengan luas lahan yang tersedia. Selain sawit sumber energi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ethanol.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menambahkan, dari 50.000 KM tersisa 6.000 KM lagi dan jika sudah selesai maka akan didapat kesimpulan final hasil test yang menjadi rujukan.
"Road Test B40 tersisa 6.000 lagi. Jadi hasil final untuk kendaraan yang pertama itu akan bisa kita dapat dalam dua minggu ke depan. Hasil final ya," ujar Dadan.
Saat ini, didapat hasil dari tes yang sudah berjalan, mobil dapat beroperasi dengan normal dan mulus seperti menggunakan bahan bakar solar biasa terbukti tidak terjadi mobil mogok dan juga tidak terjadi blocking di filter bagian utama hal ini berbeda dengan test sebelumnya.
Selain persiapan teknis di mesin kendaraan untuk bisa diterapkan sebagai bahan bakar B40, pemerintah juga akan memastikan ketersediaan infrastruktur dari Pertamina dan badan usaha lain terkait fasilitas blendingnya mencukupi kebutuhan atau tidak.
"Sekarang kan semuanya didesain di B30, sekarang kan B40 jadi pipanya juga nanti butuh pompa. Ya nambahnya kan 10%," ujar Dadan.
Terkait pasokan BBN, Dadan mengatakan pasokan tersebut untuk memenuhi kebutuhan B40. "(Pasokan BBN) kita ini sekarang 16,3 juta kilo liter (kl), kalau B40 perlunya 15 juta Kl sekian. Jadi tidak usah khawatir, kita akan masuk dua pabrik baru di awal tahun depan," tutup Dadan.
Sumber : detik.com