![]() |
TANDA TANGAN: PJ Bupati Barsel Lisda Arriyana SSos menandatangani dukungan Basno – Foto Dok |
BORNEOTREND.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Barito Selatan (Barsel) menggelar kegiatan publikasi data stunting dan deklarasi Basno tahun 2022 di Aula Setda Bappeda Barsel, Selasa (20/12/2022).
Penjabat (Pj) Bupati Barito Selatan (Barsel) Lisda Arriyana SSos mengungkapkan, berdasarkan data, angka prevalensi stunting di Barsel mencapai angka 31,4 persen atau menurun 9,3 persen dari angka 40,7 persen tahun 2018.
Lisda menilai, angka demikian masih tinggi dan harus diatasi bersama-sama serta memerlukan sinergi antar berbagai pihak.
“Artinya kita harus menurunkan sebesar 17,4 persen dalam dua tahun ke depan. Kondisi tersebut ditambah dengan permasalahan akan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum pada masa kehamilan yang dapat berdampak serius terhadap janin,” ujar Lisda.
Lebih lanjut, Lisda mengungkapkan, permasalahan stunting menjadi agenda pembangunan nasional yang mengacu pada keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS Nomor KEP.10/M.PPN/HK/02/2021 tanggal 25 Februari 2021 Kabupaten Barsel.
“Kabupaten Barsel termasuk salah satu dari 360 Kabupaten/Kota sasaran intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2021 berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan,” jelas Lisda.
Secara teknis, sebutnya, terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting, yaitu dengan pendekatan keluarga berisiko stunting yang dilakukan dengan intervensi hulu, pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan balita stunting.
Yang kedua, lanjutnya, melalui pendekatan multi sektor dan multi pihak yaitu unsur kolaborasi yang menggabungkan berbagai pihak. Di antaranya, pemerintah dan unsur pemangku kepentingan seperti dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat dan media.
Ketiga, pendekatan gizi terpadu dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif, berfokus pada kesehatan dan kecukupan gizi 3 bulan calon pengantin, ibu hamil, ibu masa subur melahirkan dan balita, didukung dengan penyediaan sanitasi, akses air bersih serta bantuan sosial.
“Untuk itu saya minta di tingkat desa, kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader masing-masing untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita berpotensi stunting dengan ciri-ciri balita dua bulan berturut-turut tidak naik berat badan,” katanya.
Publikasi stunting merupakan rangkaian dari delapan aksi konvergensi upaya percepatan penanggulangan stunting dengan data publikasi dapat dijadikan acuan dalan pencegahan dan penanganan stunting tahun 2023.
“Mudah-mudahan kegiatan ini mampu menguatkan komitmen seluruh pihak yang hadir dalam menanggulangi permasalahan stunting bersama-sama, serta merealisasikan program yang telah dirancang,” ucap Lisda.
Penulis: Digdo