TARGET 2024: Seluruh rumah sakit umum daerah yang ada di Provinsi Indonesia ditarget bisa menerima rujukan pasien jantung, stroke ataupun kanker pada 2024 - Foto Net. |
Hal ini dilakukan karena saat ini tidak semua rumah sakit di daerah bisa menerima rujukan pasien jantung. Padahal angka kematian akibat jantung kian meningkat.
Demikian disampaikan Budi Gunadi dalam acara Dialog Menteri kesehatan dengan pada Dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) dikutip dari laman Yotube resmi Kemenkes.
"2024 semua rumah sakit umum daerah (di provinsi) harus punya, bisa cateter dan bisa bedah jantung terbuka," kata Budi Gunadi dikutip Rabu (7/12).
Guna mencapai tujuan itu, kata Budi, pemerintah akan menyiapkan fasilitas layanan terlebih dahulu. Sebab, tanpa fasilitas yang memadai hal itu akan sia-sia.
"Jadi ada ruang khusus operasinya, ada spesialisnya dan lain-lain. 2024, 50 persen dari 514 kabupaten kota harus bisa cateterisasi," ujar Budi Gunadi.
Berdasarkan data, 50 ribu dari 4,8 juta bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Kemudian 40 persen dari 50 ribu bayi itu harus menjalani operasi jantung terbuka dalam satu tahun.
Untuk itu, Budi meyakini langkah ini bisa menjadi solusi masalah penyakit jantung di Indonesia. Dengan demikian, angka kematian akibat penyakit jantung juga bisa ditekan.
Sementara terkait masalah masih minimnya dokter spesialis di Indonesia, pemerintah kata Budi juga akan mencarikan solusinya. Salah satunya dengan mengubah basis Pendidikan dokter.
Saat ini basis pendidikan dokter di Indonesia merupakan Universitas. Ke depan akan diubah menjadi basis pendidikan sembari bekerja di rumah sakit. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah dokter spesialis.
"Di kita saat ini university based konsepnya. Tidak banyak negara yang memakai konsep ini," kata Budi.
Adapun berdasarkan data Kemenkes, sampai Juli 2022, kebutuhan dokter mencapai 270 ribu orang, namun yang tersedia hanya 140 ribu. Artinya, kebutuhan jumlah dokter masih kurang 130 ribu orang untuk mencapai standar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yakni 1 dokter per 1.000 penduduk.
Sumber: CNN Indonesia