UNTUNG BESAR: Harga emas dunia naik -Foto: dok mediaindonesia.com |
BORNEOTREND.COM- KENAIKAN harga emas pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB (4/1/2023), memperpanjang keuntungan untuk hari ketiga berturut-turut. Kenaikan ini didorong oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih lemah dan kekhawatiran resesi ekonomi global menjadikan logam kuning ini sebagai tempat investasi yang aman.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 19,9 dolar AS atau 1,09 persen menjadi ditutup pada 1.846,10 dolar AS per ounce. Emas mencapai puncak sesi di 1.856,60 dolar AS, yang tertinggi untuk emas Comex sejak 17 Juni, menandai tertinggi dalam 6,5 bulan.
Emas berjangka terdongkrak 0,20 dolar AS atau 0,01 persen menjadi 1.826,20 dolar AS pada Jumat (30/12/2022), setelah terangkat 10,20 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.826,00 dolar AS pada Kamis (29/12/2022), dan tergelincir 7,30 dolar AS atau 0,40 persen menjadi 1.815,80 dolar AS pada Rabu (28/12/2022).
Bursa Comex ditutup pada Senin (2/1/2023) untuk hari libur Tahun Baru.
Emas menguat setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan tiga pusat pertumbuhan utama dunia - Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok - semuanya mengalami aktivitas yang lebih lemah ketika tahun 2023 dimulai, meningkatkan pertaruhan untuk perlambatan ekonomi global.
"Emas reli kuat ... dan mengumpulkan momentum," tulis Craig Erlam, analis di platform perdagangan online OANDA, dalam catatan pasar hariannya tentang emas.
“Ini bisa menjadi tahun di mana pertumbuhan global melambat secara signifikan dan para pedagang mempertanyakan apakah kebijakan moneter akan dilonggarkan nanti pada tahun 2023. Bank-bank sentral telah menentang keras gagasan tersebut dan saya membayangkan IMF juga akan melakukannya pada saat ini, tetapi kami bisa melihat pasar bergerak ke arah itu jika data tidak terus menghantui kita."
Emas naik pada Selasa (3/1/2023) meskipun dolar rebound, lebih lanjut menggarisbawahi kekuatan relatif dari logam kuning. Sekarang, semua mata tertuju pada emas dan dolar karena para pedagang mencoba mencari tahu kenaikan suku bunga Fed untuk tahun ini.
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika bertemu pada Februari, di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa inflasi AS telah mencapai puncaknya. Tahun lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin secara keseluruhan.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Selasa (3/1/2023) beragam. Indeks Manajer Pembelian Manufaktur AS dari S&P Global yang disesuaikan secara musiman tercatat 46,2 pada Desember, turun dari 47,7 pada November, tetapi sesuai dengan estimasi flash yang dirilis sebelumnya.
Data terbaru mengisyaratkan penurunan tercepat dalam kondisi operasi sejak Mei 2020, dan termasuk yang paling tajam sejak 2009. Analis mencatat perusahaan lebih berhati-hati dalam hal perekrutan, dan sebagian besar mempekerjakan pekerja terampil.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa belanja konstruksi AS tumbuh 0,2 persen ke tingkat tahunan 1,808 triliun dolar AS pada November setelah turun tipis 0,2 persen ke tingkat revisi 1,803 triliun dolar pada Oktober.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 19,6 sen atau 0,82 persen, menjadi ditutup pada 24,236 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 10,4 dolar AS atau 0,96 persen, menjadi menetap pada 1.093,30 dolar AS per ounce.
Sumber: mediaindonesia.com