HARGA BERAS NAIK: Beras eceran -Foto dok finance.detik.com |
BORNEOTREND.COM- Harga beras masih betah naik baik jenis medium maupun premium. Padahal pemerintah melalui Perum Bulog telah melakukan impor hingga melakukan operasi pasar.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan saat ini belum memasuki masa panen raya. Hal itu membuat harganya sulit turun karena ketersediaan barang tidak sebanyak waktu panen raya.
"Panen kan mungkin akan mulai Maret ya besar-besarnya, jadi ini bisa dikatakan puncak kita menunggu panen. Berdasarkan catatan kita memang masih stabil tinggi," kata Iqbal kepada detikcom, Minggu (5/2/2023).
Iqbal menyebut operasi pasar yang dilakukan pihaknya hanya bersifat menekan kenaikan harga beras agar tidak semakin tinggi. Bulog, katanya, akan terus melakukan operasi pasar untuk menambah pasokan sambil menunggu musim panen raya.
"Mudah-mudahan dengan penggelontoran secara masif ini bisa menurunkan harga, paling tidak menahan harga supaya tidak naik terlalu tinggi lagi," harapnya.
Sampai Jumat (3/2), Bulog melaporkan telah menggelontorkan beras untuk operasi pasar sebanyak 214.000 ton sejak awal 2023. Sementara total beras impor yang sudah diterima 320.000 ton dari keseluruhan 500.000 ton. "Insya Allah sampai bulan ini selesai," tegas Iqbal.
Pengamat Pertanian Khudori mengatakan harus ada evaluasi serius terhadap kondisi ini. Dia menduga dalam proses implementasinya ada persoalan.
"Itu perlu dievaluasi. Benarkah instrumen operasi pasar itu akan efektif untuk mengendalikan harga? Kalau benar jadi instrumen efektif, di lapangan nggak efektif, itu problemnya di mana?," ucap Khudori dihubungi terpisah.
Menurut Khudori, operasi pasar akan efektif menurunkan harga beras jika waktunya tepat dan jumlahnya tidak terbatas. Dia menyarankan agar Bulog melakukan operasi pasar yang langsung menyasar ke konsumen.
"Saat ini untuk sampai ke konsumen tuh ada mitra-mitra, pedagang-pedagang, jadi masing-masing ini pasti mengambil margin. Dikarenakan ada titik-titik yang harus dilalui, sampai ke konsumen tuh butuh waktu, harganya pun setelah ditambah margin-margin jadi tinggi," bebernya.
Harga Beras di Pasaran
Berdasarkan pantauan detikcom di salah satu agen beras di Ciputat, Tangerang Selatan, pedagang mengungkapkan kenaikan harga terjadi kepada hampir semua jenis dan merek beras. Rata-rata kenaikan harga beras Rp 500/liter sampai Rp 1.000/liter.
"Semua jenis beras naik. Lagi mahal sekarang beras," kata pedagang bernama Yanto.
Harga beras yang naik seperti jenis IR 42/Pera Super dan Pandan Wangi Cianjur, menjadi Rp 13.000/liter, Pandan Wangi Cilamaya Rp 12.000/liter, Petruk Super Rp 11.000/liter, dan Pandan Wangi Spesial Rp 15.000/liter.
Kenaikan harga beras sangat terasa jika membelinya dengan ukuran 5 kg, 20 kg, sampai 50 kg. Jenis Pandan Wangi misalnya, ukuran 20 kg dari sebelumnya Rp 320.000 menjadi Rp 330.000. Sementara jenis yang sama dengan ukuran 50 kg dari Rp 750.000 menjadi Rp 980.000.
"Pera Super dari Rp 600.000 jadi Rp 900.000/50 kg. Pandan wangi jadi Rp 330.000 dari sebelumnya Rp 320.000/20 kg, yang 50 kg dari Rp 750.000 jadi Rp 980.000. Kemudian Rojo Lele Rp 240.000/20 kg tadinya cuma Rp 235.000, per 50 kg tadinya Rp 530.000 jadi Rp 740.000," jelasnya.
Kenaikan harga beras juga dikeluhkan para pedagang di pasar Jombang, Tangerang Selatan. Salah satu pedagang beras bernama Lukman mengatakan kenaikan terjadi merata di semua jenis dan merek sebelum Tahun Baru 2023. "Naiknya sudah lama dari sebelum tahun baru. Naiknya rata-rata Rp 1.000/liter," ucapnya.
Berdasarkan daftar di Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga beras premium naik Rp 140 menjadi Rp 13.440/liter dan beras medium naik Rp 60 menjadi Rp 11.720/liter.
Kenaikan paling tinggi terjadi di Sumatera Barat di mana beras medium mencapai Rp 13.620/kg dan terendah di Sulawesi Barat Rp 9.940/kg. Sementara kenaikan beras premium paling tinggi terjadi di Kalimantan Selatan yakni Rp 17.470/kg dan terendah di Sulawesi Selatan Rp 11.820/kg.
Sumber: finance.detik.com