Hitungan Bengkak Biaya Kereta Cepat RI dan China Beda Banget, Ini Sebabnya

 

BIAYA MEMBENGKAK: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KJCB) -Foto dok finance.detik.com

BORNEOTREND.COM- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KJCB) mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun. Berdasarkan informasi terakhir, hitungan pembengkakan proyek kereta cepat antara Indonesia dan China beda jauh. Kok bisa?

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, salah satu komponen yang membuat hitungan tersebut terlampau jauh ialah masalah harga lahan. Harga lahan di China sendiri cenderung bisa dikendalikan berbeda dengan Indonesia.

"Saya kasih contoh, kalau di China itu mana ada kenaikan harga tanah," katanya di Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (3/2/2023).

Harga lahan yang bisa dikendalikan ini menjadi dasar perhitungan pihak China.

"Mereka menganggap bahwa harusnya pemerintah bisa dong ngunci harga tanah, nggak bisa, kondisinya berbeda," katanya.

Persoalan lain ialah masalah frekuensi yang juga menyebabkan ongkos proyek bengkak, mencakup pemindahan menara Base Transreceiver Station (BTS)

"Kemudian yang kedua soal frekuensi, karena dianggapnya milik negara, okelah milik negara tapi kan sudah diserahkan pengelolaannya kepada Telkomsel. Mau Telkomsel BUMN, nggak BUMN, tapi kan kalau di kita dianggap sebagai sebuah kontrak bisnis," katanya.

"Ketika diambil kan itu rugi Telkomselnya, karena kan dia harus alihkan (BTS) gitu loh, biaya pengalihan dan sebagainya itu harus dikompensasi Telkomsel sendiri. Mau nggak mau kan dia harus menghitung kompensasinya," ujarnya.

Dalam catatan detikcom, pada bulan November 2022 lalu, dikabarkan kalau proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya alias cost overrun mencapai US$ 1,449 miliar atau setara sekitar Rp 21 triliun menurut kurs pada kala itu. Data tersebut berdasarkan laporan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) per 15 September 2022.

Nantinya, bengkak biaya ini akan ditanggung Konsorsium Indonesia, Konsorsium China, serta pinjaman dari China Development Bank (CDB). Namun,

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, ada perbedaan pendapat tentang hitungan cost overrun antara Indonesia dan China.

"Mereka sudah sampaikan hasil perhitungan mereka sekitar US$ 980 juta (Rp 15,19 triliun). Ada perbedaan karena beda cara melakukan review, beda metode dan beda asumsi," katanya di Gedung DPR RI, Rabu (9/11/2022).

Sumber: finance.detik.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال