KOLEKSI: Ratna Sari saat memamerkan beragam produk tas sasirangan dan kulit hasil olahan UMKM RABITA - Foto Dok Arief |
RABITA nama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Kota Banjarbaru, Provinsi Kalsel ini. Berawal dari melayani pembuatan bross by reques pada tahun 2019 lalu, RABITA kini berkembang pesat menjadi sebuah UMKM yang menawarkan berbagai dompet hingga tas berbahan kulit yang dipadukan dengan kain sasirangan dengan kualitas premium.
Ownernya adalah kaka beradik, yakni Ita Purnama Sari dan Ratna Sari. Mereka berdua bercerita bagaimana keduanya bisa memutuskan untuk berkolaborasi sehingga bisa membesarkan RABITA yang kini sudah mampu menghasilkan ratusan aneka produk dompet dan tas dengan kualitas premium setiap bulannya dengan lingkup pasar nasional.
“Awalnya kan memang gemar usaha sejak kuliah di UNISKA, saya gemar bikin-bikin aneka kerajinan dari Flanel hingga Toples Pelangi. Bahkan saya sempat mendapatkan tambahan modal dari program Kewirausahaan yang digagas oleh Kampus dan Pemerintah saat itu,” ungkap Ratna Sari.
Namun usaha tersebut mulai mengalami penurunan saat dirinya lulus kuliah karena memutuskan untuk fokus bekerja di beberapa perusahaan swasta.
“Nah minat berwirausaha ini muncul lagi setelah adanya Pandemi Covid-19 yang membuat saya harus di PHK sementara oleh perusahaan. Dari saat itu saya mulai serius kembali untuk berwirausaha dan membuat berbagai macam bross yang dijual secara online,” tambah Ratna.
Melihat respon pasar yang cukup besar akan produknya, dirinya pun lantas berdiskusi dengan saudaranya Ita Purnama Sari untuk berkolaborasi membuat sebuah brand yang memproduksi berbagai macam produk kerajinan tangan khas Kalsel.
Lantas dipilihlah nama RABITA yang menjadi merknya. RABITA pun mulai saat itu beralih fokus dari yang hanya memproduksi bross, tapi berkembang dengan membuat produk kerajinan tangan lain berupa dompet dan tas yang dipadukan dengan sasirangan dan kulit.
BEKERJA: Proses produksi UMKM RABITA di Kota Banjarbaru - Foto Dok Ratna |
“Awalnya merintis RABITA banyak sekali Trial Errornya. Menjahitnya tidak rapilah, modelnya aneh lah, bahan yang dibeli online tidak sesuai harapan hingga produksinya tidak stabil. Namun walau begitu kami tetap bertahan dan menjadikan kesalahan-kesalahan yang kami lakukan sebagai bahan perbaikan untuk menciptakan produksi yang lebih baik kedepannya,” timpal Ratna lagi.
Selain itu agar bisa membuat produk yang berkualitas, sudaranya Ita Purnama Sari yang ditunjuk sebagai bagian produksi pun mulai memanfaatkan teknologi, salah satunya dengan rutin belajar membuat tas melalui YouTube.
“Kemudian kalau ada pelatihan apa pun yang berhubungan dengan pemasaran digital hingga pembuatan tas atau dompet yang digelar oleh instansi atau pihak swasta secara online, sebisa mungkin kami ikuti untuk bisa meningkatkan kualitas pemasaran dan produksi,” jelas Ratna.
BARU: Produk tas brand RABITA yang dijual secara online - Foto Instagram RABITA |
Bahkan selain itu agar produknya tidak hanya berkualitas, tapi juga banyak dilirik dan dibeli oleh konsumen, RABITA juga memanfaatkan media sosial hingga seluruh market place untuk menjual produknya secara online. Selain itu agar semakin mudah konsumennya membeli berbagai produknya, RABITA juga menyediakan berbagai metode pembayaran tidak hanya transfer, tapi juga menggunakan platfoam digital pembayaran lainnya, salah satunya QRIS.
“Kami menyadari kita belum memiliki outlet yang representatif dan hanya berjualan dirumah saja. Makanya walau RABITA ini produknya sebagian besar khas lokal, kami tetap berupaya memiliki mindset digital. Alhamdulillah dengan berbagai cara pemasaran online yang kami lakukan tiap bulannya rata-rata kita bisa menjual ratusan produk dengan hampir 70 persennya terjual secara online,” kata Ratna.
BARU: Produk tas brand RABITA yang dijual secara online - Foto Instagram RABITA |
Karena produknya cukup eksis dijual secara online, RABITA pun kini dilirik oleh berbagai instansi maupun pemerintah daerah setempat. Tidak hanya rutin di ikutkan dalam berbagai pelatihan online dan offline, RABITA juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai pameran di tingkat lokal dan nasional, hingga produk RABITA pun juga dijual di berbagai tempat strategis, salah satunya di Gallery Mess L milik Dekranasda Kota Banjarbaru.
EVEN: Stand produk RABITA saat mengikuti kegiatan pameran nasional - Foto Dok Ratna |
Tidak hanya itu, atas kesungguhannya dalam terus berbenah menjadi brand dengan produk yang berkualitas, RABITA juga berhasil lolos kurasi UMKM calon mitra binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalsel pada tahun 2022 lalu. Bahkan di even Anugerah Bangga Buatan Indonesia (ABBI) 2022 dari Kementerian BUMN sebagai bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang digelar di Jakarta, RABITA berhasil masuk sebagai pemenang dalam ketegori kriya.
Penghargaan yang diterima RABITA tersebut tentunya tidak hanya membuktikan bahwa brand RABITA sudah dikenal luas, tapi juga diakui sebagai sebuah brand dengan berbagai produk yang berkualitas.
PEMENANG: UMKM pemenang even ABBI 2022 dari Kementerian BUMN sebagai bagian dari Gernas BBI di Jakarta - Foto Dok Ratna |
“Dengan segala pencapaian tadi memang sudah banyak konsumen yang memesan produk kami dari luar daerah, bahkan beberapa diantaranya dibeli untuk dihadiahkan lagi ke kerabat mereka di luar negeri. Kedepan tentunya kami akan terus berbenah agar produk RABITA bisa berkembang pasarnya hingga ke luar negeri,” ujar Ratna.
Bicara masalah mimpi, Ita Purnama Sari dan Ratna Sari punya ambisi besar ingin menjadikan brand RABITA bisa menjadi oleh-oleh khas Kalsel untuk dompet dan tas berbahan sasirangan dan kulit yang selalu dicari turis lokal dan mancanegara jika berkunjung ke Provinsi Kalsel.
“Kalau misalnya di Paris itu wajib beli Hermes, nah kami juga ingin nantinya saat ke Kalsel yang dicari selalu RABITA. Karena itulah untuk bisa mewujudkan itu kami terus berbenah diri agar dapat membuat produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasar,” tutur Ratna.
Kemudian mimpi lainnya yang ingin diwujudkan RABITA adalah suatu saat nanti ingin membuat gallery sendiri agar bisa memajang berbagai hasil produksinya dan menjual secara ofline dengan tempat yang representatif.
Lalu mimpi terakhir adalah hadirnya RABITA bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Sekarang RABITA sudah memiliki 5 orang pekerja yaitu 2 orang pekerja tetap dan 3 orang freelance. Dirinya pun berharap jumlah pekerja ini dapat terus bertambah lagi kedepannya.
“Untuk bisa mencapai hal itu kami sedang mempertimbangkan untuk menambah modal usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Karena kami menyadari dengan produksi yang kian besar dan pasar yang kian luas, tentunya memerlukan tambahan modal usaha yang tidak sedikit,” tukas Ratna.
Kolaborasi Semua Pihak Diperlukan Agar UMKM Banua Naik Kelas
MENANG: Ratna Sari (tengah) saat menghadiri pemberian
penghargaan kepada RABITA dalam even ABBI 2022 dari Kementerian BUMN di
Jakarta - Foto Dok Ratna
Melihat betapa seriusnya RABITA dalam mengembangkan produknya hingga sekarang, maka tentunya saya dapat menaruh harapan besar terhadap ketahanan ekonomi Kalsel di masa depan melalui bantuan UMKM.
Ketahanan ekonomi Kalsel yang hingga hari ini masih di topang oleh sektor Sumber Daya Alam (SDA), khususnya komoditas Batubara, tentunya optimis dapat kita alihkan ke sektor-sektor alternatif yang jauh lebih potensial dan punya masa depan yang lebih baik, misalnya sektor pertanian, pariwisata, perkebunan maupun UMKM.
Namun tentunya untuk bisa mewujudkan hal itu diperlukan peran semua pihak. Untuk UMKM salah satunya, kita perlu lebih banyak lagi menciptakan RABITA RABITA lainya yang punya visi usaha kedepan dan juga melek teknologi, sehingga mereka bisa meningkatkan produksinya sekaligus memperbesar pasarnya dengan lebih efektif dan efesien.
Disini peran Pemerintah Daerah dan swasta, khususnya instansi terkait seperti Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Perindustrian, Balai Latihan Kerja harus bersinergi dan memiliki program yang kongkrit dalam rangka menciptakan RABITA RABITA lainnya yang lebih banyak lagi kedepannya.
Salah satunya dengan rutin melakukan pelatihan manajerial, produksi hingga pemasaran digital yang berjenjang bagi UMKM sesuai dengan lini bisnis yang dirintisnya. Kemudian ikut membantu memasarkan produk mereka melalui cara online maupun secara offline dan membantu mereka mencari mitra bisnis agar bisa mengembangkan pasar dan mendapatkan bahan baku yang lebih berkualitas dan kompetitif dari segi harga.
Lalu perbankan milik BUMN seperti BRI misalnya, juga memiliki peran yang strategis sebagai institusi yang dapat memberikan kucuran modal kepada UMKM potensial lainnya di Banua agar mereka bisa berkembang produksi dan pasarnya, sehingga mampu naik kelas tidak hanya menjadi UMKM, tapi menjadi menjadi pengusaha mapan.
Jika semua pihak tadi bisa dilakukan secara serius dan berkelanjutan, saya meyakini UMKM di masa depan tidak hanya menjadi pelengkap, namun malah dapat menjadi salah satu andalan ketahanan ekonomi Kalsel. Ekonomi Kalsel pun di masa depan tidak lagi bernasib suram, tapi mampu bangkit dan tidak lagi bergantung ekonominya pada SDA yang tidak dapat diperbaharui.
Karena itulah mari bersama kita bergerak dalam memajukan UMKM Banua. Kita ciptakan RABITA-RABITA lainnya yang di masa depan dapat menyelematkan ekonomi Kalsel menjadi lebih baik lagi!
Penulis: Arief Rahman