SIMBOLIS: Peresmian SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono - Foto Dok Arief |
BORNEOTREND.COM- Aluh-Aluh merupakan sebuah Kecamatan yang berada dipinggiran Kabupaten Banjar. Karena hampir sebagian wilayahnya berdampingan dengan aliran sungai barito yang langsung menjorok laut jawa, membuat hampir sebagian besar penduduk disini berprofesi sebagai nelayan.
Muhammad Syamsul Bahri misalnya, Nelayan asal Desa Podok Kecamatan Aluh-Aluh ini mengaku sudah belasan tahun menjalani profesi sebagai seorang nelayan. Ia pun kini lebih banyak menangkap ikan jenis udang.
Diakuinya sejak diberlakukannya pembatasan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintah, ia mengaku mulai kesulitan mendapatkan BBM dengan harga terjangkau.
“Bahkan kita sering tidak dapat pak, jadi terpaksa kita harus membeli BBM Bersubsidi jenis solar di warung-warung yang ada di desa sebelah. Harganya paling murah mencapai Rp13 ribu perliternya,” ungkap dia.
Harga ini diakuinya jauh lebih mahal ketimbang jika dirinya bisa mendapatkan BBM bersubsidi jenis solar di SPBU resmi. Namun waktu itu tidak ada SPBU disekitar sini, jadi ia pun terpaksa harus membeli BBM bersubsidi jenis solar di warung-warung.
“Ya tentu biaya operasional kita untuk melaut jadi membengkak, ujungnya keuntungan menjadi berkurang. Bahkan kalau saat tangkapan sepi, kita jadi nombok karena biaya BBM lebih tinggi dari keuntungan hasil tangkapan udang yang dijual ke pengepul,” keluhnya.
Tidak berbeda, Abdul Hakim, Nelayan asal Desa Aluh-Aluh Kecil Muara, bahkan mengaku harus mencampur BBM Bersubsidi jenis solar dengan oli bekas untuk menekan biaya operasional melaut.
Walau pun akibat melakukan pencampuran itu, ia harus siap menanggung resiko mesin perahu nelayannya sering rusak setiap bulannya.
“Ya memang mesin perahu jadi sering rusak kalau di campur dengan oli bekas. Tapi mau bagaimana lagi, kalau semuanya pakai BBM jenis solar yang saya beli diluaran biaya operasionalnya jadi tidak menutup,” jelasnya.
Diresmikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Kini SPBU Nelayan Hadir di Kecamatan Aluh-Aluh
SAMBUTAN: Executive General Manager Patra Niaga Regional Kalimantan M Taufiq Setyawan saat memberikan sambutan di peresmian SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh - Foto Dok Arief |
Setelah melalui proses pembangunan dan perizinan yang cukup panjang, akhirnya nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh bisa menikmati layanan SPBU resmi dari Pertamina.
Adalah PT Gas Borneo Anugrah yang diberikan mandat oleh Pertamina dan Instansi terkait untuk membangun SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh. Peresmian SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh sendiri dilakukan secara langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sakti Wahyu Trenggono, Jumat (31/3/2023).
Hadir dalam peresmian tersebut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dapil Kalsel H Syaifullah Tamliha, Wakil Bupati Banjar H Said Idrus, Executive General Manager Patra Niaga Regional Kalimantan M Taufiq Setyawan, Perwakilan Pemprov Kalsel dan Forkompida terkait.
Executive General Manager Patra Niaga Regional Kalimantan M Taufiq Setyawan dalam kesempatan itu menyampaikan, hadirnya SPBU Nelayan ini bagi Pertamina adalah sebuah upaya pihaknya bersama instansi terkait untuk bisa mewujudkan sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Karena dengan hadirnya SPBU Nelayan ini maka nelayan bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan BBM Bersubsidi dengan mudah dan harga murah," tuturnya.
Jika ditambah SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh maka jumlah SPBU Nelayan di Provinsi Kalsel berjumlah 8 buah. Bahkan rencananya akan ditambah lagi 2 buah SPBU Nelayan pada tahun 2023 ini.
"Ada pun BBM Bersubsidi yang kita salurkan di SPBU Nelayan di seluruh Kalsel berjumlah 11.000 kilo liter. Khusus untuk SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh ini jumlahnya mencapai 400 Kilo Liter pertahun dengan penyaluran kepada 1.300 kapal," bebernya.
Terkait keberdaan SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh ini, Muhammad Syamsul Bahri, Nelayan asal Desa Podok Kecamatan Aluh-Aluh mengaku senang, karena ia tidak perlu lagi harus mencari BBM Bersubsidi jenis Solar di warung-warung yang harganya jauh lebih mahal.
“Apalagi kan saya juga sudah terdaftar sebagai pemilik kartu pelaku utama sektor kelautan dan perikanan atau KUSUKA. Jadi tentunya sudah bisa mengantre disini untuk mendapatkan BBM Bersubsidi jenis Solar dengan harga yang terjangkau karena merupakan harga standart dari Pemerintah,” tambahnya disela kegiatan peresmian SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh.
Rasa senang juga diungkapkan oleh Nelayan lainnya, yakni Abdul Hakim, hadirnya SPBU Nelayan ini membuatnya tidak perlu jauh-jauh lagi mencari BBM untuk keperluan melaut.
Bahkan ia mengaku tidak perlu lagi harus mencampurnya dengan oli bekas yang bisa membuat mesin perahunya sering rusak setiap bulan.
“Kalau rusak biasanya paling murah untuk memperbaikinya sekitar Rp300 ribu dan paling mahal hingga Rp1 juta. Kalau sekarang kan dengan sudah adanya SPBU Nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh kita tidak perlu lagi mencampurnya dengan oli bekas dan semuanya nanti pakai BBM Solar bersubsidi dari Pertamina,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono berharap, hadirnya SPBU Nelayan ini diharapkannya dapat membantu para nelayan agar bisa mendapatkan BBM dengan mudah dan murah untuk keperluan melaut.
"Khususnya yang sudah memiliki kartu pelaku utama sektor kelautan dan perikanan atau KUSUKA. Kita harapkan bisa membeli BBM bersubsidi jenis solar disini karena jauh lebih mudah dan murah dibanding beli diluar," ungkapnya.
Dirinya pun dalam kesempatan ini berjanji akan berupaya memperjuangkan agar lebih banyak lagi nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh nantinya yang bisa mendapatkan Kartu KUSUKA. Supaya punya kesempatan mendapatkan BBM bersubsidi di SPBU resmi Pertamina dan mendapatkan sejumlah bantuan dari Pemerintah.
"Setelah SPBU Nelayan ini kedepan akan kita kembangkan lagi infrastruktur pelabuhan disini. Mulai dari dermaga, docking hingga balai latihan untuk nelayan. Hal itu supaya nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh semakin produktif dan ekonomi disini bisa terus tumbuh positif," tukasnya.
Penulis: Arief Rahman