Generasi Muda Enggan Keluar Rumah, Pemerintah Korea Beri Uang Saku Rp 7,4 Juta

 

UANG SAKU: Generasi muda yang enggan sekolah maupun bekerja -Foto dok travel.detik.com

BORNEOTREND.COM- Selain resesi seks, Korea Selatan dibayang-bayangi generasi muda yang enggan sekolah maupun bekerja. Pemerintah sampai menggelontorkan dana untuk mendorong anak-anak mau berkarya.

Saat ini di Korea Selatan terdapat fenomena di mana anak-anak muda memilih untuk mengisolasi diri di rumah alih-alih belajar di sekolah atau bekerja. Meski COVID-19 telah mereda, agaknya anak-anak muda itu masih nyaman berada di rumah dan tidak melakukan hal yang produktif.

Dilansir dari Insider, Selasa (18/4/2023) pemerintah Korea Selatan akan memberikan USD 500 atau sekitar Rp 7,4 juta per bulan untuk anak muda yang mau keluar rumah. Menteri Kesetaraan Gender dan Keluarga berharap dengan diberi uang saku itu, anak muda dapat kembali bersekolah, mencari pekerjaan, dan beraktivitas.

Anak muda yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan ini berusia maksimal 24 tahun. Uang ini nantinya dapat digunakan untuk kebutuhan makan, pakaian, perumahan, dan biaya hidup lainnya yang dibutuhkan kaum muda.

Pemuda yang memenuhi syarat akan mendapatkan uang dalam bentuk barang atau uang tunai yang dikirim ke rekening bank masing-masing. Jika mereka berusia di bawah 18 tahun, uang itu akan dikirimkan ke rekening orang tua atau kakek-nenek dengan persetujuan mereka.

Setelah mendapatkan uang, setiap pemuda wajib untuk melaporkan penggunaan uang tersebut. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka pergi keluar rumah.

Untuk diketahui, Institut Kesehatan dan Sosial Korea pada 2022 merilis data sekitar 338.000 orang berusia antara 19 hingga 39 tahun di Korea Selatan menjadi apa yang disebut penyendiri tipe pertapa. Mereka cenderung mengurung diri di rumah selama berbulan-bulan untuk waktu yang lama.

Selama menyendiri, mereka tidak sekolah maupun bekerja. Tak hanya berbulan-bulan, bahkan sampai tahunan.

Fenomena ini mirip dengan hikikomori di Jepang. Bedanya, jumlah pemuda yang melakukan hikikomori sudah menjadi sekitar 1 juta orang.

Banyak dari pemuda yang terisolasi ini berasal dari keluarga miskin. Mereka mulai menutup diri dari masyarakat pada usia muda karena memiliki trauma pribadi, mendapatkan intimidasi di sekolah, stres akademik, konflik keluarga, atau kurangnya perhatian dari wali atau orang tua mereka.

Dalam studi kasus yang diberikan oleh kementerian keluarga Korea Selatan, seorang anak berusia 17 tahun yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa mereka mulai hidup dalam pengasingan ketika berusia 15 tahun karena kekerasan dalam rumah tangga.

Mereka menggambarkan diri mereka sebagai "orang lesu yang tidur hampir sepanjang waktu" dan hanya makan untuk bertahan hidup.

Sumber: travel.detik.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال