Oleh: Noorhalis Majid (Ambin Demokrasi) |
BORNEOTREND.COM - Pilihlah caleg yang paling dikenal. Kalau ada tetangga, kawan sekampung, atau kenalan sabanua yang ikut mencaleg, dan tahu bahwa dia baik-baik saja, tidak pernah melakukan perbuatan tercela, tidak perlu repot mencari orang lain untuk dipilih, pilih dia saja.
Gampangnya lagi, pilih yang paling dikenal, atau mendapat rekomendasi dari orang yang paling dikenal. Jangan berpspekulasi pada penampilan dan promosinya saja.
Sering kali kita mengidap “tinjau gunungan”, suka terpesona melihat yang jauh-jauh, setelah didekati, tidak baik-baik amat, bahkan jelek.
Pemilu juga begitu, banyak yang terpesona dengan baleho, posenya elok lagi rupawan. Padahal tidak tahu kiprahnya apa dan dimana? Narasi dan visi-misinya bagaimana? Dan yang lebih penting, rekam jejak hidupnya seperti apa?
Tiba-tiba balehonya muncul di hadapan rumah kita, padahal domisilinya sangat jauh, tidak pernah berkiprah, berkawan, serta melakukan hal-hal yang memberi kontribusi pada banyak orang. Pun setelah terpilih, tidak pernah mau tahu pada daerah pemilihan yang diwakilinya.
Tiap jelang Pemilu, muncul lagi balehonya memenuhi ruas-ruas jalan, terus berulang setiap Pemilu. Seperti makhluk ghaib, hanya mucul pada setiap Pemilu, setelahnya tidak pernah nampak batang hidungnya.
Belanja dagangan saja, dianjurkan ke warung tetangga, apalagi soal caleg. Lebih baik yang benar-benar dikenal, pilih keluarga, kawan, tetangga atau orang sabanua, sebab bila ada yang tidak sesuai dengan janji, lebih gampang mendatanginya, menuntut, meminta pertanggungjawaban, bahkan “maniwasnya”.
Pemilu itu memilih wakil, cari yang nyata, yang paling diketahui benar-benar mampu bekerja mewakili keinginan dan harapan, jangan yang tinjau gunungan, nampak dari jauh bagus, elok dan mempesona, padahal sebenarnya jelek dan bahkan tidak memberi manfaat. (nm)