MENUJU PEMILU: Ketua DPP Puan Maharani membacakan rekomendasi eksternal hasil Rakernas III PDI Perjuangan di Jakarta, Kamis (8/6/2023) -Foto dok nasional.kompas.com |
BORNEOTREND.COM- Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani berencana bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam waktu dekat.
Penjajakan pertemuan keduanya pun tengah diatur, diawali dengan pertemuan oleh dua sekretaris jenderal (sekjen) partai, yakni Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto dengan Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, Minggu (11/6/2023).
Diketahui, baik PDI-P maupun Demokrat, saat ini telah memiliki kandidat masing-masing untuk diusung sebagai bakal calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi sosok yang dipilih PDI-P, sementara Demokrat bersama koalisinya berencana mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Satu hal yang sama, masing-masing kandidat bacapres ini belum memiliki bakal calon wakil presiden (bacawapres), yang membuat bursa masih terbuka lebar.
“Walaupun kami sangat antusias membicarakan rencana pertemuan Mbak Puan dan Mas AHY, namun kami tetap menjaga etika politik dan saling menghormati posisi saat ini,” tutur Riefky dalam keterangan yang diterima Kompas.com.
Sebagai catatan, hubungan PDI-P dengan Demokrat memang mengalami pasang surut. Terutama, ketika Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri memutuskan untuk bersaing dengan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam kontestasi Pilpres 2004 dan 2009 lalu
Sejak saat itu, keduanya tidak pernah berada dalam satu koalisi yang sama, baik itu ketika pemerintah dipimpin SBY selama dua periode, maupun pada saat ini ketika Presiden Joko Widodo, yang notabene merupakan kader PDI-P, memimpin untuk dua periode.
Sempat sebut sulit kerja sama
Hampir setahun yang lalu, ketika partai politik mulai menjajaki kerja sama politik dengan partai lain untuk menghadapi Pemilu 2024, Hasto sempat menyampaikan bahwa partainya sulit bekerja sama dengan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Kalau saya pribadi sebagai Sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukkan hal itu," kata Hasto di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada 23 Juni 2022.
Ia berdalih, PDI-P melihat sikap bathin para pendukung ketika menjajaki koalisi dengan partai lain. Pada saat yang sama, Hasto juga menyinggung soal penyamaran serta rekam sejarah hubungan antar partai.
"(Pemilih PDI-P adalah wong cilik) tidak suka berbagai bentuk kamuflase politik. Rakyat apa adanya," ujarnya.
"Rakyat yang bicara dengan bahasa rakyat, sehingga aspek historis itu tetap dilakukan," sambung dia.
Pernyataan Hasto pun sempat mendapat respons keras dari para elite Partai Demokrat. Salah satunya, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat, Andi Arief.
Menurutnya, tak sepatutnya partai berlambang kepala banteng itu membeda-bedakan sikap dengan parpol lain dalam penjajakan koalisi. Diketahui, pada saat itu, baik Demokrat maupun PDI-P sama-sama belum membangun koalisi dengan partai manapun, meski penjajakan terus dilakukan.
“PDI-P tak mau berkoalisi dengan Demokrat dan PKS tentu bertabrakan dengan apa yang kita bayangkan,” ungkap Andi dalam keterangannya.
“Terus terang kita sedang membayangkan PDI-P sepenuhnya mempraktikan toleransi, tidak diskriminatif dan gotong royong dalam membangun negeri yang demikian besar,” imbuh dia.
Andi pun menegaskan bahwa partainya tak akan menunjukkan sikap serupa.
Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Sekjen Demokrat, Irwan Fecho. Ia sempat menyinggung spirit kengarawanan Soekarno, ayah Megawati, dalam membangun bangsa, yang selama ini digadang-gadang menjadi spirit PDI-P.
Menurutya, sikap Hasto justru mengingkari prinsip partainya.
Sementara itu, secara mengejutkan, Puan mengungkap bahwa nama AHY termasuk ke dalam salah satu dari sepuluh nama yang berpeluang mendampingi Ganjar di Pilpres 2024.
Hal itu diungkapkan Puan usai Rapat Kerja Nasiona (Rakernas) Ketiga PDI-P di Sekolah Partai, pada 6 Juni lalu.
Selain AHY, nama-nama lain yang berpeluang yakni Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB sekaligus Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar.
Kemudian, Menteri BUMN sekaligus Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Ditemui terpisah, Hasto mengungkap bahwa PDI-P berupaya untuk merangkul semua pihak, yang merupakan dasar dari semangat gotong royong partai.
“PDI Perjuangan itu merangkul, sambil menunggu toh lamaran dari Pak Anies Baswedan ke Demokrat belum turun. Maka enggak ada salahnya berdialog,” kata Hasto saat ditemui awak media di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (10/6/2023).
Sejauh ini, AHY memang masuk ke dalam bursa cawapres Anies. Tim Delapan Koalisi Perubahan yang diisi perwakilan parpol koalisi, yakni Nasdem, Demokrat dan PKS, sempat mengklaim bahwa cawapres Anies telah mengerucut ke satu nama.
Anies dikabarkan telah mengetahui hal ini. Bahkan, usai hal itu diumumkan, Anies sempat menemui SBY dan AHY di Pacitan, Jawa Timur. Meski begitu, hingga kini mantan Rektor Universitas Paramadina itu tak kunjung mengumumkan nama cawapres yang dimaksud.
Diketahui, selain AHY, ada dua nama lain yang digadang berpeluang menjadi cawapres Anies, yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa serta mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.
Soal peluang kerja sama dengan Demokrat, keinginan PDI-P untuk memasangkan Ganjar dengan AHY diklaim tidaklah main-main. Oleh karenanya, penjajakan perlu dilakukan untuk melihat minat masing-masing partai.
“Kita lihat dulu, ngobrol-ngobrol dulu apakah kita punya kesamaan membangun Indonesia ke depan," ucap Puan di kantor DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (11/6/2023).
Sumber: nasional.kompas.com