Diskusi buku bersama almarhum Desmond J Mahesa sekaligus mengenang aktivis Banua, 12 Desember 2014. (Foto: dok) |
BORNEOTREND.COM - Menulis tentang sosok almarhum Desmond J Mahesa memang tidak akan habisnya. Karena begitu luas interaksi sosialnya, baik selama menjadi mahasiswa, aktivis, advokat hingga sebagai Anggota DPR RI selama tiga kali pemilu. Temannya pun beragam dari berbagai profesi.
Saya sendiri mengenal secara langsung lebih dekat dengan almarhum baru di awal tahun 2000. Sebelumnya hanya tahu sosoknya dari cerita teman-teman lainnya yang juga akrab dengan almarhum.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sebelum meninggal, Sabtu (24/6/2023), Desmond memang rutin datang ke Banua, baik dalam rangkaian tugas sebagai Anggota DPR RI maupun urusan keluarga dan acara teman-teman di sini.
Di tahun 2014, Desmond hadir dalam rangka peluncuran buku Taufik Arbain berjudul "Idabul". Saya diminta sebagai salah seorang pembahas. Acara ini juga dikemas dalam rangka mengenang sahabat-sahabat sesama aktivis di Banua yang sudah meninggal, yaitu almarhum Hasanuddin dan almarhum M Budairi.
Hampir tiap tahun almarhum menggelar buka puasa bersama di bulan Ramadan, di rumahnya di Sungai Tabuk. Sudah pasti yang diundang lebih banyak adalah kawan-kawan mantan sesama aktivis di Banua, sealumni dan tokoh-tokoh muda Banua lainnya.
Hangatnya isu pemindahan ibukota negara ke wilayah Kalimantan, ternyata juga menjadi perhatian serius Desmond. Meskipun ia meragukan kelancaran pemindahan ibukota negara ke Kalimantan (Kalimantan Timur), dari berbagai pendapatnya di media, ternyata Desmond sangat serius memikirkan bagaimana kesiapan Kalsel (orang Banjar) dalam menyongsong hadirnya IKN (Ibu Kota Negara) yang baru. Terutama dari aspek eksistensi budaya Banjar dan dunia pendidikan di tingkat regional Kalimantan.
Keseriusan Desmond dalam rangka bagaimana budaya Banjar bisa terangkat dengan hadirnya IKN tersebut terlihat saat dilaksanakannya diskusi di rumahnya, 19 Februari 2022. Meskipun masih suasana Pandemi Covid-19 banyak tokoh Banua, kalangan budayawan dan akademisi hadir.
Saat itu saya didaulat menjadi pembicara ditemani Yadi Muryadi (seniman/budayawan), Prof. Sutarto Hadi dan Prof Ersis Warmansyah Abbas (akademisi). Desmond sendiri yang saat itu menjadi moderator diskusi, dan satu persatu narasumber sesuai bidang ditanyainya untuk memberi uraian pemantik.
Saya memaparkan apa yang saya ketahui, bahwa budaya Banjar di wilayah rencana IKN (Kalimantan Timur) relatif eksis keberadaannya. Terutama bahasa Banjar, hampir semua wilayah pasar-pasar tradisional maupun modern komunikasinya banyak memakai bahasa Banjar. Begitu juga keberadaan beberapa sanggar musik panting dan kesenian khas Banjar lainnya masih terpelihara dan dikembangkan oleh kerukunan warga Banjar di sana.
"Ya, memang kalau bahasa Banjar hampir di semua pelosok wilayah banyak dipakai. Itu juga karena banyaknya orang Banjar yang berdagang di sana," ujar almarhum Desmond saat itu mengiyakan, yang juga pernah terpilih sebagai wakil rakyat di DPR RI daerah pemilihan Kaltim.
Tidak lama setelah bertemu di diskusi itu, almarhum kembali mengundang pada kegiatan buka puasa bersama, tepatnya tanggal 5 April 2022. Acara buka puasa bersama ini menurut kawan-kawan adalah yang paling banyak dihadiri oleh kawan-kawannya, terutama kawan-kawan sealumni Fakultas Hukum ULM, Kompas Borneo, kalangan akademisi dan seniman.
Di acara buka puasa inilah saya banyak berbincang dengan almarhum seputar lagu Banjar karya saya, yang saat itu sudah 60-an saya ciptakan. Lalu almarhum berjanji membantu pembiayaan beberapa lagu untuk proses perekaman dan pembuatan video clip-nya. Sebulan kemudian saya bersama tim produksi memulai penggarapan beberapa lagu yang dibiayai almarhum.
Almarhum Desmond memang sangat peduli dengan budaya Banjar agar terus berkembang dan berinovasi. Terutama menyongsong hadirnya IKN di tanah Kalimantan.
Selamat jalan Bung, keinginanmu adalah keinginan kami juga. Kami akan terus memajukan budaya Banjar.
Penulis: Khairiadi Asa, jurnalis dan pencipta lagu Banjar