![]() |
PEMBELI HEWAN KURBAN: Ferdy warga Kusan Hilir Pagatan menjadi pelanggan tetap hewan kurban setiap tahunnya – Foto Dok Jack |
“Distan Tanbu telah siap merekomendasikan kondisi kesehatan hewan kurban melalui tim yang dibentuk dokter hewan, paramedis serta sejumlah petugas Distan,” katanya, Selasa (27/06/23).
Adapun tim yang sudah dibentuk saat ini sudah turun ke 12 kecamatan di wilayah Tanbu.
Tim tersebut bergerak ke lapangan untuk mengecek kondisi kesehatan hewan kurban sebelum terjadi kegiatan transaksi jual beli antara peternak dan pedagang di pasar hewan.
Terkait hal itu, tambahnya, ada beberapa hal yang akan dicek oleh tim kesehatan guna mendapatkan hewan layak makan.
Di antaranya adalah administrasi hewan, supaya mengetahui dari mana hewan ternak itu berasal.
Selain itu, tim juga akan memeriksa kesehatan serta kelaikan daging hewan yang akan dijual di pasaran dan diberikan logo karantina kartu hewan layak kurban.
“Kriteria maupun syarat ternak layak kurban tersebut, di antaranya tidak cacat fisik, performa bagus serta gigi hewan tersebut tanggal atau gigi depan berganti,” sebutnya.
Menyangkut berbagai macam persiapan yang telah dilakukan, Distan memastikan masyarakat Tanah Bumbu untuk tidak khawatir dengan kelayaikan daging. Sebab pihaknya terus melakukan pemantauan dan pembinaan pada para pelaku usaha.
Ada beberapa tempat penjual sapi layak kurban di antaranya di Desa Kersik Putih, Batulicin.
Faidi, salah satu pedagang sapi yang berasal dari Kepulaan Keramaian di tengah batas selat Jawa dan Kalimantan mengaku membawa 50 ekor sapi jenis Limosin, Bali, Brahma dan sapi lokal Kabupaten Tanah Laut yang setiap tahun dijual pedagang sapi kurban untuk kebutuhan Hari Raya Idul Adha.
Selain itu, katanya, sapi dari Pulau Jawa dan Sulawesi juga sudah masuk ke Kalimantan.
Disinggung tentang harga, Faidi mengakui ada kenaikan harga 10 hingga 15 persen.
“Kalau harga tertinggi jenis sapi adalah sapi Limosin, Bali, dan jenis sapi Simental atau Metal. Sebagian mengambil sapi dari Kabupaten Tanah Laut,” ujarnya.
Menurutnya, dengan bobot seberat 200 kilogram kisaran harga sekitar Rp 35 juta dan yang terendah untuk yang lokal dengan bobot 75 sampai 80 kilogram dengan kisaran harga Rp 17 juta sampai Rp 18 juta.
“Saya sudah belasan hari di sini. Sebelum masuk Kabupaten Tanah Bumbu hewan sapi terlebih dulu kami karantina selama 14 hari bekerjasama dengan petugas Muspika,” katanya.
Sementara itu, penjual sapi kurban di Desa Kersik Putih, Puang Syarief mengaku setiap tahun selalu membawa sapi kurban dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
“Saat ini kami membawa 29 ekor. Alhamdulillah ada kenaikan harga antara 10 hingga 15 persen. Tadinya harga Rp 22 juta sekarang mencapai Rp 26 juta sampai Rp 27 juta, tergantung kegemukan sapinya. Berat rata-rata bobot sapi 140 kilogram sampai 150 kilogram. Pelaku usaha lain juga ada membawa sapi kurban dari Kabupaten Tanah Laut dengan kisaran harga Rp 20 juta sampai Rp 22 juta,” tuturnya.
Penulis: Jack