“Inovasi ini merupakan bagian dari upaya DKP3 Balangan untuk memastikan bantuan pemerintah, baik dari dana APBN, APBD 1, maupun APBD 2, tersalurkan dengan tepat sasaran,” ujarnya, Kamis (8/6/2023).
Bantuan yang disalurkan tersebut, katanya, termasuk Sarana Produksi Pertanian (Saprodi) seperti benih, pupuk, obat-obatan, alat, dan mesin pertanian, serta prasarana pertanian seperti Jalan Usaha Tani (JUT), jalan produksi, embung, saluran irigasi tersier, pondok pertemuan, UPPB, kandang ternak, lumbung Pangan, gudang penggilingan padi, keramba dan kolam Ikan.
“E-Bapak Tani ini juga bertujuan untuk mengatur tata kelola administrasi pemerintahan yang berkaitan dengan penyaluran bantuan tersebut,” tambahnya.
Lebih lanjut, Heffy mengatakan bahwa manfaat langsung adanya inovasi E-BAPAK TANI bagi petani adalah terwujudnya azas keadilan dan pemerataan dalam penyaluran bantuan.
“Petani akan menerima bantuan sesuai dengan kebutuhan dan keperluan mereka,” sebutnya.
Selain itu, katanya, penyaluran bantuan juga akan diperhatikan agar tidak hanya berfokus pada kelompok-kelompok tertentu, tetapi juga akan diberikan kepada kelompok tani lainnya yang membutuhkan bantuan dari DKP3.
“Dengan hadirnya Aplikasi E-Bapak Tani, DKP3 Balangan berharap penyaluran bantuan tidak akan tumpang tindih pada kelompok yang sama dalam satu tahun,” ujarnya.
Heffy mengatakan, aplikasi ini menyediakan beberapa fitur utama, antara lain data kelompok tani yang terdaftar pada Sistem Informasi Manajemen Kelembagaan Pertanian (Simluhtan) dan kelompok tani yang telah terregistrasi serta memiliki surat keputusan baik dari Kepala SKPD maupun Kepala Daerah.
“Aplikasi juga menampilkan titik lokasi kelompok tani berupa titik koordinat, jenis bantuan yang diterima oleh kelompok tani di tahun sebelumnya, dan usulan bantuan dari kelompok tani penerima,” katanya.
Namun, Heffy menyadari bahwa terdapat beberapa tantangan dan kendala dalam penggunaan aplikasi ini.
Pertama, petani harus memiliki akses internet dan perangkat yang memungkinkan mereka untuk login sebagai operator.
Kedua, operator harus aktif membuka aplikasi ini untuk mengetahui jenis bantuan yang akan disalurkan pada tahun berikutnya sehingga usulan dari kelompok tani bisa segera dilakukan.
“Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana kelompok tani dapat meningkatkan kelasnya setiap tahun agar tidak tergantung pada bantuan pemerintah dan mencapai tingkat kemandirian yang lebih baik,” ujarnya.
Heffy berjanji akan terus mengembangkan aplikasi ini dengan melakukan sejumlah perbaikan agar bisa benar-benar bermanfaat dan menjadi verifikator pertama pada DKP3 sebelum verifikasi calon penerima bantuan dilaksanakan di lapangan.
“Kami juga akan menambahkan fitur-fitur tambahan, terutama untuk pelaporan setelah bantuan diberikan. Data tentang luas baku sawah, produksi dan produktivitas, luas tanam, luas panen sebelum dan sesudah menerima bantuan akan ditambahkan pada fitur aplikasi ini. Dengan demikian, manfaat dari bantuan yang diberikan dapat langsung terlihat melalui aplikasi ini,” ungkapnya.
Terakhir menurut Heffy dengan adanya Inovasi E-Bapak Tani dapat menjadi langkah maju dalam memperbaiki penyaluran bantuan pertanian di Kabupaten Balangan.
“Diharapkan aplikasi ini dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan memastikan bantuan yang tepat sasaran untuk kelompok yang membutuhkannya. DKP3 Balangan berkomitmen untuk terus mengembangkan aplikasi ini dan mengatasi tantangan yang ada agar pertanian dapat semakin mandiri dan berkelanjutan di masa yang akan datang,” tutupnya.
Penulis: Sri Mulyani