BORNEOTREND.COM- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berharap Pilpres 2024 diikuti minimal tiga pasangan calon (paslon). Hal itu agar polarisasi seperti Pilpres 2019 tak terulang.
Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam acara Media Gathering PP Muhammadiyah di Auditorium Lantai 6 Masjid At-Tanwir Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (22/6/2023), dari 275 juta penduduk Indonesia, aneh jika yang bertarung di pilpres hanya dua paslon.
"Di dunia pendidikan itu kalau cuma dua kan seperti milih soal B (Benar, red) atau S (Salah, red). Kalau nggak B, ya S. Ternyata dipilih B, ternyata S. Dipilih salah, ternyata benar," ujar Mu'ti berkelakar.
Mu'ti menambahkan, polarisasi yang terjadi saat hanya ada dua paslon yang bertarung di pilpres lalu sampai saat ini belum sepenuhnya reda. Karena itu, lanjut Mu'ti, Muhammadiyah mengusulkan supaya minimal ada tiga paslon di Pilpres 2024 . "Syukur kalau bisa empat. Karena apa? Kalau kita lihat kontestasinya itu kan memungkinkan," katanya.
Seusai acara, Mu'ti kembali ditanya jika Pilpres 2024 hanya diikuti dua paslon. "Kalau dua pasang, saya pinjam istilahnya Rhoma Irama itu terlalu," kata Mu'ti sambil tertawa
Di tempat yang sama, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan siapa pun yang akan terpilih menjadi presiden hasil Pilpres 2024, tentu akan menjadi pimpinan eksekutif dan kepala negara.
"Dalam konteks menjadi kepala negara, dia harus menjadi milik semua golongan. Jadi, dari mana pun dia dicalonkan dan nanti mungkin berkoalisi, tetapi dia harus menjadi negarawan, mengutamakan kepentingan politik kebangsaan dan kenegaraan," pesan Haedar.
Sumber: nasional.sindonews.com
Tags
Memilih 2024