Kadarisman - Pemerhati Politik Banua
KENDATI pilkada gubernur di Kalsel masih kurang lebih satu tahun lagi, tetapi figure pasangan siapa yang akan menggantikan Sahbirin Noor – Muhiddin kedepan telah menjadi wacana publik. Partai politik pun sedang berhitung sambil menuntaskan pekerjaan rumahnya masing – masing untuk memenangkan pemilihan legislatif pada 14 Februari 2024 mendatang.
Seiring itu publik mulai menitipkan harapan. Suara arus bawah mulai meniupkan beberapa figure yang layak dipersandingkan. Sebut saja misalnya, Anang Syakhfiani dan Ibnu Sina. Dua figure ini selain memiliki potensi menggarap suara kelas menengah atas juga potensial mampu meraup pemilih arus bawah.
Hal penting lagi, Anang Syakhfiani bisa menjadi representatif pemilih Banua Anam dengan kekuatan 28% dari pemilih Kalsel. Sementara Ibnu Sina bisa menjadi representatif masyarakat Banjamasin dan Batola yang mengantongi 23% pemilih.
Figur Ibnu Sina dalam kontestasi pilgub Kalsel bisa menyatukan suara di Batola yang secara emosional memiliki keterhubungan. Demikian, memunculkan Anang bisa merapatkan keterdukungan pemilih di Banua Anam.
Anang Syakhfinai dan Ibnu sina sama – sama dicap berhasil memimpin daerahnya masing - masing. Hal itu dibuktikan dengan raihan mendapatkan mandat rakyat dua periode sebagai wali kota yang selama ini belum pernah terjadi. Demikian Anang, walaupun pada periode keduanya mampu menang dengan perolehan yang tipis
Kendati kedua figur potensial tersebut sangat bisa memengaruhi peta pemenangan di pilgub Kalsel, Anang dan Ibnu Sina masih memiliki jalan Panjang untuk maju sebagai calon gubernur Kalsel. Ada banyak faktor yang menjadi sandungan bagi kedua figur untuk mengambil posisi Kalsel 1. Sandungan untuk Anang, misalnya, dia bukan merupakan kader dari partai politik.
Sementara Ibnu Sina, walaupun saat ini mengomandani Partai Demokrat Kalsel, tetapi raihan kursinya di legislatif masih jauh dari memenuhi syarat untuk dapat nilai tawar meminta posisi sebagai nomor satu.
Faktor lain dari keduanya adalah terkait raihan dukungan oleh aktor penting pemilik kepentingan atas aktor kekuasaan terpelilih mendatang. Restu “gunung” misalnya, atau “penghuni gunung” lainnya menjadi bagian penting menambah kekuatan, walau bukan sebuah jaminan kemenangan.
Maka pilihan manis bagi kedua figur tersebut adalah berkontestasi sebagai calon wakil gubernur pada 2024. Dengan demikian siapapun calon gubernurnya nanti, Anang dan Ibnu Sina bisa menjadi kunci pemenangan yang sangat penting.
Jika kedua figure ini berada pada dua kutup yang berlawanan, maka kontestasi pilgub akan semakin menantang. Ruang pilgub akan menyajikan persilatan ide dan gagasan.
Lantas siapa calon gubernur Kalsel 2024 mendatang?
Usungan calon gubernur mendatang tidak dapat dilepaskan bagaimana perolehan kursi di DPRD Kalsel pada pemilu Februari 2024. Golkar diyakini masih menjadi parpol yang digdaya dalam memenangi pileg.
Walau cukup bertuah, Golkar minim figur yang dapat diusung ke Kalsel 1. Namun jika nanti perolehan pilegnya signifikan atau setara dengan pemilu 2019, dia akan leluasa memainkan peta politik dalam urusan pemilihan calon gubernur.
Beberapa nama yang dicuatkan baru – baru ini adalah calon gubernur Kalsel mendatang masih diisi oleh figure lama yang pernah berkontestasi di panggung yang sama. Sebut saja Zairullah Azhar dan Muhiddin. Selain itu figure Pangeran Khairul Saleh, Rifqinizamy Karsayuda.
Zairullah dan Muhiddin memiliki modal popularitas yang tidak diherankan. Kini posisi mereka yang sama – sama duduk sebagai aktor di pemerintahan dan pernah berkontestasi di pilgub Kalsel. Zairullah yang pernah kalah di dua kali keikutsertaannya pada pilgub sejatinya juga bagian memelihara popularitasnya pada masyarakat Kalsel.
Popularitas saja tidak cukup, apalagi popularitas yang diorbitkan oleh pihak yang tidak objektif. Popularitas bukan jaminan elektabilitasnya turut serta.
Figur Zairullah tidak menguat di daerah lain kecuali daerah pesisisir. Itu sebab pada pilgub 2015 Zairullah hanya mampu memperoleh 18% suara, padahal dia sudah menggaet tokoh dari Hulu Sungai Selatan.
Muhiddin sejatinya lebih memiliki peluang. Ada banyak hal yang membuatnya berpotensi, misalnya faktor kekuatan Khaerul Saleh bersamanya. Pangeran Khairul Saleh sejatinya memiliki nilai jual tersendiri sebagai yang memiliki ‘kuasa’ kultural di Kabupaten Banjar.
Kekuatannya menguntungkan Muhiddin karena Khairul Saleh ada satu gerbong dengan Muhiddin di PAN. Muhiddin akan kehilangan tuah jika Khairul Saleh berlepas diri dari PAN.
Muhiddin memiliki kerawanan, terlebih pada pemilih kelas menengah ke atas yang pada pilgub 2019 lalu menitipkan suaranya ke Denny Indrayana. Mantan Wamenkumham era SBY tersebut kecil kemungkinan akan berkontestasi lagi, namun demikian basis pemilihnya diyakini tidak menjadikan Muhiddin sebagai pilihan.
Pada akhirnya, siapapun nanti figure calon gubernur yang lahir dari dinamika kesepakatan partai politik, namun yang pasti Anang Syakhfiani dan Ibnu Sina menjadi figur yang menentukan kemenangan pilkada Kalsel mendatang. Calon gubernur boleh siapa saja, tapi dua nama ini menjadi kunci pemenangan.***