Ini Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Banjarbaru

WAWANCARA: Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, Dedy Sutoyo SSTP MM - Foto Dok Nett

 

BORNEOTREND.COM- Kota Banjarbaru sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ternyata masih mengalami persoalan anak putus sekolah pa jenjang usia wajib belajar 9 tahun.

Data anak putus sekolah jenjang SD dan SMP yang terjadi di Kota Banjarbaru bisa ditarik empat tahun ke belakang dari 2018 hingga 2021.

Salah satu penyumbang kasus anak putus sekolah jenjang wajib belajar sembilan tahun untuk kasus drop out atau DO dan disusul dengan kasus anak yang lulus tidak melanjutkan atau LTM.

Sejumlah faktor ditemukan Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang melakukan uji langsung ke lapangan untuk mengetahui penyebab anak putus sekolah.

Satu di antaranya, sebut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarbaru Dedy Sutoyo ialah karena faktor lingkungan di rumah.

“Rata-rata anak broken home, akibat perceraian kedua orangtuanya, bingung memilih ikut siapa akhirnya memilih tidak sekolah,” kata Dedy Sutoyo.


Menurut dia di ibukota Provinsi Kalsel faktor utama anak putus sekolah didominasi terjadi di kalangan middle up.

Hal itu yang membedakan kalangan masyarakat di desa yang cenderung didominasi karena faktor ekonomi.

“Kebanyakan dari kalangan-kalangan middle up yang tidak ingin sekolah karena ini kota, kalau di desa cenderung pada varian ekonomi seperti membantu orangtua,” jelasnya.

Bahkan kata dia, di perkotaan sendiri faktor yang menyebabkan anak putus sekolah bisa lebih kompleks permasalahannya.

Contohnya ketika anak merasa tidak cocok berada di sekolah itu akhirnya memilih tidak mau sekolah lagi.

“Jadi asumsinya seharusnya tidak ada anak yang tidak sekolah, mereka dapat dana BOS, iuran sekolah dimurahkan, kalau tidak mampu bisa mengajukan PKH atau program keluarga harapan. Jadi tidak ada alasannya tidak sekolah,” tegasnya.

Upaya yang dilakukan agar anak putus sekolah tetap mengecam pendidikan formal.

“Memberikan solusi yang terbaik untuk anak yang putus sekolah seperti follow up kembali kepada anak yang bersangkutan agar kembali bersekolah,” katanya.

Bahkan kata dia, membujuk anak yang putus sekolah untuk mengikuti sekolah paket agar dapat memperoleh ijazah dan bekerja.

Pendampingan khusus untuk anak lulusan pondok pesantren yaitu tutornya atau pengajarnya turun langsung ke pondok pesantren.

“Langkah terakhir membujuk orangtua si anak. Jika tidak berhasil juga maka kami akan serahkan kepada lingkungannya,” pungkasnya.

Sumber: Nett

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال