Oleh: Noorhalis Majid (Ambin Demokrasi) |
BORNEOTREND.COM - Setiap orang memiliki identitas, bahkan karena manusia itu makhluk sosial, tidak ada orang yang memiliki identitas tunggal. Dalam dirinya melekat berbagai identitas, dan ketika identitas tersebut digunakan, menjadikannya merasa aman, diterima, istimewa, atau sebaliknya terancam, terdiskriminasi.
Awalnya, politik identitas lahir dari sebuah kelompok sosial yang merasa diintimidasi hingga didiskriminasi oleh negara dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan. Lantas, politik identitas digunakan sebagai cara dimana anggota masyarakat berjuang dengan tujuan memperoleh pengakuan publik atas unsur budaya atau identitas mereka.
Belakangan, politik identitas digunakan untuk kepentingan politik. Walau tidak bisa dipisahkan seseorang dengan identitasnya. Namun bila mempolitisasi identitas, dampaknya tidak sederhana, berpengaruh besar, baik pada kelompok identitas yang dipolitisasi, maupun pada kelompok lainnya.
Abdillah dalam bukunya bertajuk Politik Identitas Etnis (2002), mendefinisikan politik identitas sebagai politik yang dasar utama kajiannya dilakukan untuk merangkul kesamaan atas dasar persamaan-persamaan tertentu, mulai dari etnis, agama, hingga jenis kelamin.
Dalam buku Sejarah Sosial Pendidikan Islam, diterbitkan Guepedia (2022), disebutkan, identitas atau jati diri, adalah pengakuan terhadap seorang individu atau suatu kelompok tertentu yang menjadi satu kesatuan menyeluruh yang ditandai dengan masuk atau terlibat dalam satu kelompok atau golongan tertentu.
Karena dampaknya yang tidak sederhana, maka jangan mudah menggunakan politik identitas. Sebab, yang tidak tahu menahu pun, bisa saja terkena imbasnya.
Betapa banyak konflik dan bahkan aksi kekerasan, dimulai dari politik identitas. Awalnya murni kriminalitas, tapi ketika identitas suku, agama, golongan dilibatkan, akhirnya meluas menjadi kerusuhan massa yang berdampak pada identitas yang lebih luas.
Melihat dampaknya yang begitu luas, hanya orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak berpikir panjang yang rela menggunakan politik identitas untuk kepentingan pribadinya. Karena itu, sasadangnya, kalu pina... (nm)