YS Agus Suseno, Layak Diberi Gelar Doktor (Hc)

 

Penulis buku "Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung" YS Agus Suseno (duduk) saat menandatangani bukunya. Dari kanan: GT Ardiansyah, M Ikhsan Alhak, Sukhrowardi, Nanik Hayati, dan Khairiadi Asa.
(Foto: Didi G)


BORNEOTREND.COM – Peluncuran buku “Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung” karya YS Agus Suseno yang digelar di Kampung Buku Banjarmasin (Kamis, 31/8/2023) berlangsung hangat. Dihadiri kalangan akademisi, birokrat, seniman, jurnalis, aktivis hingga wakil rakyat. Suasananya hangat, karena disamping isi buku berupa kumpulan peribahasa Banjar yang menarik juga kerinduan peserta terhadap sang penulis yang beberapa tahun terakhir jarang tampil ke publik. Apalagi beberapa akun media sosialnya sudah tidak aktif lagi.

Diskusi peluncuran buku tersebut dipimpin langsung dua editornya, yakni Hajriansyah dan Arif Rahman Hakim. Buku setebal 330 halaman dan 328 judul peribahasa Banjar tersebut memang berbeda dari penulisan buku biasanya. Isinya disajikan dengan memakai bahasa Banjar seluruhnya, hal itu untuk menghindari terjadinya salah tafsir dari pembaca terhadap peribahasa Bahasa yang dipaparkan dalam buku tersebut. Penulis juga tidak serta merta langsung menjelaskan apa arti peribahasa Banjar yang disajikan, tetapi didahului ceritera yang menarik, sehingga pembaca paham apa maksud dan kenapa lahir peribahasa tersebut. 

“Buku ini sengaja memakai bahasa Banjar seluruhnya dalam menjelaskan maksud peribahasa Banjar, melalui kisah-kisah mengapa timbul peribahasa tersebut. Tujuannya supaya pembaca bisa memahami secara utuh, karena kalau dibahasa-indonesiakan bisa sempit penafsirannya bagi pembaca,” ujar Agus Suseno.       

Diskusi peluncuran buku ini tidak hanya sebatas membahas isi buku yang ada, tapi juga membahas berbagai hambatan mengapa penegmbangan budaya Banjar seperti jalan di tempat. Agus Suseno mengaku sudah sering ikut terlibat membahas berbagai peraturan daerah (Perda) tentang pemeliharaan bahasa dan budaya Banjar, tapi semuanya mandul alias tidak terealisasi.  

Salah seorang peserta diskusi Nanik Hayati juga menyarankan bagaimana kedepan agar budaya Banjar, terutama bahasa Banjar bisa lebih digalakkan lagi pada generasi muda. “Anak-anak muda usia sekolah sekarang ini perlu diajarkan tentang budaya Banjar, terutama bahasa Banjar dan peribahasa yang cukup banyak sebenarnya. Mereka banyak yang tidak tahu. Jadi perlu seniman Banjar itu dilibatkan untuk memperkenalkan materi-materi seperti ini ke sekolah-sekolah tentu melibatkan pihak-pihak terkait lainnya,” ujar perempuan yang sudah lama menggeluti dunia jurnalistik ini. 

Seperti diketahui Agus Suseno adalah seniman sastra Banjar yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di Banua sejak tahun 1980-an. Pernah menerima pnghargaan Seni dari Gubernur Kalsel tahun 2000, Anugerah Budaya Gubernur Kalsel tahun 2015, Anugerah Seni dari Wali Kota Banjarmasin tahun 2016, dan penghargaan-penghargaan lainnya.  

“Kita perlu mengapresiasi, memberi perhatian yang lebih besar terhadap pengarang buku ini, yaitu Agus Suseno, karena beliau ini konsisten tetap berkarya. Semoga tetap sehat dan menjadi teladan bagi seniman lainnya. Beliau punya sikap dan penampilan sama seperti dulu, orang seperti beliau sangat kita perlukan, lewat karya-karya dan masukan-masukannya bagi pembangunan daerah,” ujar Sukhrowardi, anggota DPRD Kota Banjarmasin yang mengaku sudah lama mengenal Agus Suseno.  

Bahkan di mata Dr Sainul Hernawan (dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP ULM) yang juga hadir, sosok Agus Suseno pantas diberi gelar Doktor Honoris Causa karena kiprah, keseriusan dan sikap konsistensi beliau dalam menekuni dan memajukan sastra Banjar.

YS Agus Suseno saat memberikan paparan sambil membacakan puisi bahasa Banjarnya.
(Foto: Khairiadi Asa)


“Saat ini kita sudah proses pengajuan program doktor bahasa di ULM, sehingga nantinya kalau sudah buka bisa memberikan penghargaan gelar doktor honoris causa kepada seseorang yang dianggap layak, termasuk seperti Bang Agus ini,” ujar Sainul yang disertasinya juga mengangkat tentang budaya Banjar, yaitu lamut.    

Rencananya peluncuran buku peribahasa Banjar “Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung” ini juga akan digelar secara lebih khusus lagi di ULM Banjarmasin. Diskusi buku kemarin juga dihadiri Prof. Dr. Bambang Subiyakto (ULM), M Ikhsan Alhak (Kepala Dispersip Kota Banjarmasin), Sy Nurfuady (Ketua Forkot Banjarmasin), Didi G Sanusi (Pemimpin Redaksi jejakrekam.com), Khairiadi Asa (Pemimpin Redaksi borneotrend.com), Johnson Marzuki (praktisi media) Gt Ardiansyah (seniman sastra). 

Penulis: Khairiadi Asa    


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال