KONFRENSI PERS: Kepala OJK Regional 9 Provinsi Kalsel Darmansyah - Foto Dok Arief |
BORNEOTREND.COM- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menilai sektor jasa keuangan di Banua pada posisi September 2023 masih terjaga stabil.
Hal ini bisa dilihat salah satunya dari perkembangan Industri Perbankan yang pada posisi September 2023 sektor perbankan konvensional tumbuh dengan tingkat likuiditas dan risiko kredit terjaga dalam threshold yang memadai. Pertumbungan Aset, DPK dan kredit perbankan Kalsel secara ytd masing-masing tumbuh 5,55 persen, 5,41 persen dan 7,73 persen. Adapun Loan to Deposit (LDR) pada angka 73,96 persen dan NPL nett maupun gross masing-masing 0,89 persen dan 2,13 persen.
"Sedangkan sektor perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan positif dengan tingkat likuiditas dan risiko kredit terjaga. Aset, DPK dan kredit perbankan syariah Kalsel secara ytd masing-masing tumbuh 3,06 persen, 5,07 persen dan 5,55 persen dengan tingkat LDR 96,99 persen dan NPL nett maupun gross masing-masing 0,58 persen dan 1,65 persen," ujar Kepala OJK Regional 9 Provinsi Kalsel Darmansyah disela kegiatan temu wartawan bulanan, Senin (6/11/2023) lalu di Banjarmasin.
Sementara untuk proporsi penyaluran kredit UMKM terhadap keseluruhan kredit di Kalsel posisi September 2023 sebesar Rp21,8 triliun atau 36,21 persen dari total kredit dengan risiko kredit yang terjaga tercermin dari rasio NPL gross Kredit UMKM sebesar 3,36 persen. Penyaluran kredit UMKM di Regional Kalimantan sebesar Rp97,1 triliun atau 6,82 persen dari total penyaluran Nasional dengan rasio NPL gross kredit UMKM sebesar 3,24 persen. Sektor usaha terbesar penyaluran UMKM yaitu Perdagangan Besar dengan porsi 40,3 persen, diikuti dengan Pertanian sebesar 29,2 persen dan Jasa Kemasyarakatan sebesar 5,4 persen.
"Lalu untuk perkembangan BPR/S di Provinsi Kalsel juga masih tetap terjaga dengan Aset, DPK dan kredit secara yoy masing-masing tumbuh 23,77 persen, 22,35 persen dan 29,43 persen," tambahnya.
Ada pun untuk perkembangan sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Provinsi Kalsel diklaimnya juga tumbuh positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebanyak 20,86 persen (ytd). Penyaluran tertinggi masih pada sektor Pertambangan dan Penggalian. Sedangkan NPF (Non Performing Financing) pada Perusahaan Pembiayaan juga jauh di bawah threshold, yaitu 1,30 persen.
Sementara itu, kinerja fintech lending di Provinsi Kalsel juga mengalami perbaikan dari periode sebelumnya yang terlihat dari TWP90 (tingkat kelalaian penyelesaian kewajiban diatas 90 hari sejak jatuh tempo) sebesar 2,29 persen pada posisi Agustus 2023, atau lebih rendah dibandingkan TWP90 Nasional di angka 2,88 persen.
"Jumlah penyaluran pinjaman fintech lending di Kalsel mencapai Rp182,04 Miliar atau tumbuh sebesar 9,68 persen (ytd) yang disalurkan kepada 126.776 akun," timpalnya lagi.
Sedangkan terkait Industri Pasar Modal di Kalsel pada Agustus 2023 juga terus menunjukkan kinerja yang positif. Hal tersebut nampak dari nilai kepemilikan saham yang terkontraksi sebanyak -10,18 persen secara (ytd), menjadi Rp69,57 trilliun. Namun di sisi lain jumlah investor meningkat sebanyak 11,85 persen (ytd) atau 16.200 investor sehingga total investor menjadi 152.881.
"Hal ini mengindikasikan bahwa Pasar Modal masih menjadi pilihan yang baik untuk berinvestasi bagi masyarakat," tegasnya.
Bahkan berdasarkan data yang dihimpun OJK, jumlah investor di Kalimantan Selatan mayoritas berasal dari Banjarmasin, yaitu sebanyak 58 persen.
"Jumlah nasabah yang berinvestasi pada instrumen Reksadana pada posisi Agustus 2023 mencapai 5.282 nasabah atau naik sebesar 15,48% dari sebelumnya 4.574 nasabah (ytd)," tukasnya.
Penulis: Arief Rahman