![]() |
Oleh: Mohammad Effendy Forum Ambin Demokrasi (Foto: nett) |
BORNEOTREND.COM - Pemilu yang akan berlangsung Februari 2024 nampaknya tidak sekedar rutinitas dalam kalender ketatanegaraan, tapi oleh sebagian orang dianggap sebagai pertaruhan nasib dan masa depan bangsa.
Tingginya tingkat kompleksitas kepentingan yang bertarung dalam pemilu, maka yang terlibatnya di dalamnya tidak saja elemen bangsa kita, tapi juga secara terselubung adanya campur tangan kekuatan global. .
Oleh karena itu khusus dalam pemilu Presiden/Wakil Presiden, kompetisi yang berlangsung tidak hanya antar pasangan calon bersama jajaran tim pendukungnya, tapi di belakang mereka ada kekuatan besar yang tidak kasat mata ikut memainkan perannya –bahkan dengan kucuran dana yang tidak terbatas. Pada titik ini, peran penyelenggara pemilu (KPU-Bawaslu) menjadi pusat perhatian semua pihak, bahkan mungkin menjadi rebutan pihak-pihak yang terkait kepentingan.
Mengingat peran sentral yang berada di pundak penyelenggara pemilu, maka tidaklah berlebihan jika masyarakat luas berharap agar mereka yang mengemban amanah itu dapat menempatkan dirinya sebagai penyelenggara yang netral – tidak berpihak, mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, serta tetap menjaga integritas sebagai implementasi dari sumpah jabatan.
Ada rasa prihatin untuk penyelenggara pemilu, karena mereka berada dalam kondisi yang sangat berat. Perjuangan mereka untuk selalu menjaga netralitas dan integritas menghadapi tekanan yang sangat kuat dari pihak-pihak yang punya kepentingan untuk menang dalam pemilu. Terlebih lagi penyelenggara pemilu di tingkat daerah yang berada dalam ketidakberdayaan karena mereka hanya pelaksana kebijakan dari induknya di pusat (KPU-BAWASLU).
Kecurangan pemilu yang dikhawatirkan banyak pihak dan indikasi ke arah itu kian banyak terjadi di lapangan membuat sorotan tajam kepada penyelenggara pemilu makin kuat disuarakan oleh masyarakat luas. Kecurangan pemilu dapat dikurangi atau diminimalisir jika penyelenggara pemilu dapat tampil sebagai sosok yang berwibawa dengan seperangkat kewenangan yang dimiliknya.
Pesan penting yang ingin disampaikan, jadilah penyelenggara pemilu yang memikul tanggung jawab sebagai pelaku langsung dalam pembangunan demokrasi. Tindakan dan perilaku penyelenggara pemilu akan selalu direkam sebagai bagian dari sejarah dinamika demokrasi negeri kita.
Berbuatlah yang terbaik untuk bangsa ini, agar keluarga kita memiliki kebanggaan ketika mereka membaca ulang sejarah demokrasi Indonesia. Janganlah mewariskan perasaan malu untuk keluarga dan orang-orang dekat kita karena mereka harus membaca rekaman sejarah kelam dan kita termasuk bagian dari catatan sejarah kelam itu.