Implikasi Politik Terhadap Kecurangan Pemilu

Oleh: Mohammad Effendy 
(Forum Ambin Demokrasi)


BORNEOTREND.COM - Riuhnya pemberitaan tentang adanya kecurangan pemilu dalam masa kampanye yang sedang berlangsung terutama di dunia maya – media sosial menghadirkan banyak komentar dari berbagai pihak. Mereka yang menyampaikan kritikan terhadap praktek kecurangan nampaknya tidak membuat surut para pelakunya.  

Sementara kubu yang dituduh melakukannya memberikan jawaban normatif agar kecurangan tersebut segera dilaporkan ke Bawaslu. Padahal sudah menjadi pengetahuan umum, posisi Bawaslu berada dalam ketidakberdayaan.

Tindakan yang dianggap sebagai kecurangan dan sekarang menjadi viral atau tranding topic di pemberitaan media adalah terkait dengan “Videotron yang di takedown” oleh pihak-pihak yang belum terbuka identitasnya. Sementara “Videotron yang di takedown” tersebut adalah kreasi dari anak-anak muda berbakat yang seharusnya mendapat apresiasi dan dukungan dari semua pihak, terlebih lagi kreativitas tersebut murni dilakukan dengan dana patungan mereka sendiri.

Pihak yang melakukan tindakan takedown terhadap videotron tersebut tidak menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan anak-anak muda yang berada dalam gejolak pencarian identitas dengan semangat tinggi yang menggebu. Mereka pasti tidak akan berdiam diri dan berusaha melakukan perlawanan dengan caranya sendiri.  

Selain itu tindakan “naif” tersebut tanpa disengaja justeru menyebarluaskan videotron yang di takedown ke berbagai pelosok tanah air sehingga semakin banyak orang yang tadinya tidak mengetahui dan tidak memiliki perhatian menjadi ingin tahu apa sebenarnya videotron dimaksud.

Anak-anak muda yang jumlahnya menempati ranking tertinggi dalam strata pemilih di pemilu 2024, awalnya tidak terlalu memperhatikan perilaku kecurangan yang selama ini berlangsung secara massif sebagaimana ditulis di berbagai media terutama media sosial.  

Akan tetapi Ketika kecurangan tersebut sekarang menimpa mereka sendiri, maka wajah polos anak-anak muda itu tertunduk bingung; apanya yang salah dengan videotron tersebut.

Setelah mereka mengetahui kenapa videotron perlu di takedown karena dianggap adanya keberpihakan anak-anak muda kepada Paslon tertentu dan mengganggu Paslon lain, maka timbul kesadaran bahwa ada upaya sistematis untuk memenangkan Paslon yang merasa terganggu tersebut meski dengan cara yang tidak elegan.  

Kesadaran tersebut akan memunculkan perlawanan karena mereka menyaksikan dan sekaligus merasakan sendiri ketidak konsistenan pidato elit politik yang menggebu tentang perlunya membangun dekmokrasi dengan perilaku mereka di lapangan.

Siapapun calon pemimpin yang berusaha memenangkan suatu kontestasi dengan cara-cara yang tidak fair dan tidak elegan, maka calon pemimpin itu sedang ingin meraih “kursi panas” kekuasaan. Rakyat sebagai pemilik kedaulatan mungkin dapat diredam dengan “kekuatan kekuasaan”, tapi itu tidak akan berlangsung lama.  

Sebab, ada kekuatan yang tidak terlihat dan akan turut tangan sendiri untuk menghilangkan tindakan kesewenangan dengan skenario yang tidak terduga.


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال