Pengaruh Debat Capres Bagi Pemilih

Oleh: Mohammad Effendy 
(Forum Ambin Demokrasi)


BORNEOTREND.COM - Debat Capres/Cawapres putaran ke-3 berlangsung panas, karena masing-masing Paslon tidak lagi merasa sungkan untuk menyerang pihak lain dengan pertanyaan yang tajam.  

Perkembangan ini tentu menarik dan membawa implikasi positif terhadap pembangunan demokrasi. Beberapa pengamat memberikan catatan bahwa memang debatnya sudah mengalami kemajuan dan relatif enak ditonton, namun sangat disayangkan masih terdapat di beberapa momen lontaran pertanyaan lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat personal.

Debat Capres dimaksudkan untuk membuka ruang kepada calon pemimpin untuk menyampaikan visi dan misinya kepada publik termasuk strategi dan kebijakan yang akan dilakukannya untuk mengatasi persoalan bangsa yang sedang dihadapi jika ia diberikan kesempatan untuk memegang amanah jabatan.  

Selain itu, debat Capres juga diharapkan membuka wawasan rakyat pemilih untuk menilai siapa dari Paslon tersebut dianggap layak untuk diberikan dukungan karena menunjukkan sikap dan penampilan yang sesuai dengan kriteria seorang pemimpin.

Bagi masyarakat kelas menengah, pengaruh tersebut tidak saja pada saat debat sedang berlangsung dan mereka menyaksikan sendiri bagaimana calon Pemimpin tersebut menguraikan rencana strategi dan kebijakan yang mereka rancang dan akan dilakukannya setelah ia terpilih, tetapi pengaruhnya kian terasa menguat untuk tetap memberikan dukungan dan/atau akan mengubah dukungan ketika mendengarkan komentar para pengamat terutama pengamat dari kalangan yang diketahui dalam posisi netral.

Sementara bagi kalangan masyarakat akar rumput, pengaruh debat tersebut bukan pada acara formalnya, akan tetapi pengaruhnya akan mereka rasakan ketika menyaksikan tayangan yang bersifat candaan dalam bentuk “parodi” yang banyak tampil di media sosial. Candaan yang berisi krtikan tajam kepada Paslon tertentu menggunakan bahasa rakyat yang lebih dipahami oleh mereka.

Terlepas seberapa banyak pengaruh kegiatan debat Capres/Cawapres terhadap masyarakat, persoalan substansial yang kita hadapi adalah masih kuatnya pola pikir yang beranggapan bahwa memilih itu adalah “HAK” semata, tanpa diikuti oleh kesadaran bahwa hak itu seharusnya digunakan untuk memberikan dukungan kepada Paslon yang akan membawa perbaikan bagi bangsa ini.

Kurangnya kesadaran itulah yang digunakan oleh mereka yang haus kekuasaan dengan menggodai rakyat pemilih dengan praktek uang. Mereka tidak peduli seberapa banyak uang yang akan disebarkan, dan juga tidak ada perasaan “bersalah” jika mereka terpilih bukan karena dukungan murni rakyat yang akan mereka pimpin, serta tidak perlu memikirkan “harkat dan martabat” yang seharusnya ada pada diri seorang Pemimpin.


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال