Sukhrowardi didampingi beberapa tokoh masyarakat Sungai Jingah dalam acara Refleksi Akhir Tahun. Turut hadir beberapa tokoh budayawan dan jurnalis, diantaranya YS Agus Suseno, Didi Gunawan, Hj Sunarti, Khairiadi Asa. (Foto: istimewa) |
BORNEOTREND.COM - Berbagai pandangan mencuat seputar perkembangan Kota Banjarmasin saat ini. Hal itu terungkap dalam acara Refleksi Akhir Tahun di Palidangan Sukhrowardi Jl Sungai Jingah Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin, (Minggu, 31 Desember 2023).
Acara yang langsung dimoderatori oleh Sukhrowardi sebagai tuan rumah tersebut menghadirkan berbagai kalangan. Ada wakil Organda Banjarmasin, tokoh masyarakat Sungai Jingah, aktivis mahasiswa, seniman/budayawan dan para jurnalis.
Sukhrowardi dalam pengantarnya menyebutkan Kota Banjarmasin kedepannya masih dibayangi fenomena banjir terutama saat musim hujan pasang air laut. Di sisi lai masih tingginya bencana kebakaran pemukiman penduduk.
Sukhrowardi juga berharap jika rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan kawasan Sungai Jingah dengan Sungai Bilu di tahun 2024 bisa memberi dampak akses transportasi dan pengembangan/penataan kedua kawasan tersebut.
Budayawan YS Agus Suseno menyoroti seputar pengembangan dan pembangunan yang ada di Kota Banjarmasin. Ia tampil sambil membaca puisi, diantaranya "Kota Seribu Sungai", "Fir'aun" dan puisi berbahasa Banjar "Hidup Jangan Mahawa-hawa, Syukuri Nang Ada."
"Kota seribu sungai kota tua, hampir lima abad umurnya. Bersolek setiap hari mematut-matut diri. Kota seribu sungai ingin selalu tampak muda, gedung dan bangunan tua tak ada," ujar Agus dalam puisinya. Lewat puisi ini ia mengeritik pembangunan kota yang lebih berorientasi fisik ketimbang perbaikan nasib warga kotanya.
Rasyid Ridho yang turut hadir juga menyebut beberapa pembangunan fisik Kota Banjarmasin yang mengabaikan skala prioritas. Mantan jurnalis Smart FM yang kini menggeluti usaha pemasaran digital ini menyayangkan kebijakan yang banyak menelan anggaran tetapi tidak menyentuh keperluan warga kota.
"Saya heran anggaran pemasangan lampu hias yang ada air mancurnya di Jembatan Pasar Lama itu bisa mencapai biaya sebelas miliaran rupiah. Jika duit sebesar itu digunakan untuk perbaikan ekonomi warga mungkin akan lebih berguna," ujar Rasyid Ridho.
Editor: Khairiadi Asa