Oleh: Mohammad Effendy (Forum Ambin Demokrasi) |
BORNEOTREND.COM - Gerakan kampus yang mulai bersuara nyaring menyikapi perkembangan politik nasional yang dianggap memprihatinkan ternyata ditanggapi secara menyakitkan oleh pihak istana.
Juru bicara istana di depan para awak media menyampaikan bahwa sikap kampus yang mendeklarasikan berbagai pernyataan berisi kritik terhadap sikap dan kebijakan Presiden adalah bagian dari sikap partisan terkait dengan politik elektoral.
Penilaian bahwa gerakan kampus merupakan sikap partisan terkait dengan politik elektoral tentu saja menimbulkan reaksi keras dan memunculkan rasa marah para Guru Besar dan para Akademisi karena penilaian tersebut jelas tidak bersandar pada nalar yang jernih.
Masyarakat kampus adalah komunitas yang selalu menjaga nilai-nilai kebenaran berdasarkan pikiran rasional serta diiringi dengan etika akademik.
Kritikan kalangan kampus semata-mata didasarkan pada rasa tanggung jawab terhadap masa depan bangsa yang dinilai kian menjauh dari cita-cita kemerdekaan. Kesenjangan sosial yang makin tajam, tingkat kemiskinan rakyat yang kian menyebar luas, serta rasa keadilan yang terkoyak-koyak mengusik nurani mereka. Keberpihakan mereka adalah pada nilai-nilai kebangsaan yang ingin mewujudkan rasa keadilan, bukan pada jabatan politik dan jabatan pemerintahan.
Penilaian bahwa suara kampus bersikap partisan disuarakan oleh orang-orang yang selama ini berada di lingkaran kekuasaan sehingga hatinya diliputi ketakutan kalau mereka terpental dari lingkaran tersebut, sehingga apa saja yang bernada kritikan menumbuhkan kecurigaan yang berlebihan.
Orang yang menyebut gerakan kampus sebagai sikap partisan itu telah kehilangan jatidirinya sehingga tanpa rasa malu dan rasa bersalah membuat statement dengan argumentasi yang rapuh. Dia tidak menguraikan sikap partisan seperti apa, dan di mana dalam pernyataan kampus itu yang bernada partisan. Jika dia tidak setuju dengan gerakan dan isi pernyataan kampus, berikan penjelasan dan argumentasi yang dapat diterima akal sehat.
Dalam lintasan sejarah bangsa kita, kampus selalu hadir dan tampil dalam kondisi yang dianggap akan membahayakan kehidupan bernegara. Kampus adalah denyut nadi masyarakat dan suara serta kegelisahan masyarakat itu selama ini terpinggirkan.
Kepada kampuslah mereka menyerahkan anak dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Orang yang menganggap kampus partisan secara tidak sadar telah menempatkan kampus sebagai lawan politiknya –ini tentu alur pikir yang menyesatkan.
Demokrasi dapat dibangun apabila ada kesediaan untuk saling mendengar sikap dan pikiran yang berbeda. Kesediaan untuk mendengar itu berarti memberikan penghormatan terhadap kebebasan berikir dan berekspresi, dan itulah inti demokrasi. Membelenggu kebebasan berarti telah menarik gerbong demokrasi ke tepi jurang kematian.