KERJA: Aktifitas sejumlah karyawan pabrik jamu Sido Muncul - Foto Dok sidomuncul.co.id |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA– Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan pasar obat bahan alam dunia bernilai US$200,95 miliar dan akan terus meningkat. Hal ini menjadi peluang Indonesia untuk mengoptimalkan bahan baku obat bahan alam (OBA).
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pengembangan industri obat bahan alam termasuk produk herbal lainnya perlu ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global.
"Berdasarkan penetapan pembangunan industri prioritas, industri produk herbal atau natural maupun sediaan herbal menjadi prioritas pembangunan tahun 2020-2035," katanya, Selasa (6/2/2024) Jakarta Pusat.
Hal ini juga tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Nasional, Rencana Induk Riset Nasional, dan Instruksi Presiden No. 6/2016 tentang Percepatan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan yang menempatkan pengembangan obat berbasis bahan alam sebagai salah satu pilar untuk penguatan industri farmasi di Indonesia.
Potensi besar produk obat tradisional RI memiliki potensi besar mengingat Indonesia sangat kaya akan keragaman hayati sumber daya alamnya, termasuk di antaranya tanaman obat.
Untuk itu, pihaknya telah meresmikan Fasilitas Produksi Obat Bahan Alam (House of Wellness) di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJIKFK) Jakarta.
Fasilitas produksi tersebut dapat digunakan untuk peningkatan nilai tambah melalui pengolahan turunan komoditas utama, misalnya tanaman obat dan rempah-rempah, pengembangan indikasi geografis tanaman jamu atau obat, serta standardisasi proses dan produk obat bahan alam.
"Industri kimia, farmasi dan obat tradisional terbukti menjadi salah satu sektor penyumbang devisa yang signikan," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan pada tahun 2023, nilai ekspor untuk produk industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional mencapai peningkatan sebesar 8,78% dengan nilai ekspor sebesar US$543,7 juta.
Menurutnya, peluang tersebut didukung dengan penggunaan obat bahan alam, khususnya jamu yang telah menjadi suatu budaya di Indonesia. Pada 6 Desember 2023, jamu telah resmi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia ke-13 yang masuk ke dalam daftar UNESCO.
Saat ini, terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, yaitu Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT), yang telah menghasilkan 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandar dan 22 jenis fitofarmaka.
“Kementerian Perindustrian terus mendorong dan melakukan pembinaan agar industri kecil dapat naik kelas sehingga produksi obat bahan alam dapat ditingkatkan terutama fitofarmaka yang berpotensi besar untuk menjadi substitusi bahan baku obat impor dalam menuju kemandirian bahan baku obat nasional,” pungkasnya.
Sumber: ekonomi.bisnis.com