Oleh: Noorhalis Majid (Ambin Demokrasi) |
BORNEOTREND.COM - Bagaimana strategi kampanye paling efektif pemilu sekarang ini? Tanya seseorang kepada caleg. Seketika caleg tersebut menjawab dengan semangat idealisme, “mendatangi rumah warga satu per satu”. Ah itu perlu biaya mahal, pasti yang ditanya “adakah cintanya?” jawab orang tersebut.
“Memasang baleho besar di pusat-pusat keramaian kota,” jawab sang caleg lagi. “Itu juga perlu dana besar, hanya mampu dilakukan yang berduit dan tidak efektif,” sahut yang bertanya.
“Bikin kalender, kartu nama, alat peraga, baju kaos?” Jawab caleg. “Pilihan itu mahal, sulit menyebarkannya, perlu waktu dan tenaga yang banyak”. Jawab orang tersebut.
“Lantas apa?”. Tanya caleg penasaran. “Tiktok”, jawab orang tersebut. “Sekarang Pemilu tiktok. Dan kalau bikin materi tiktok, jangan yang serius. Bikin saja yang lucu-lucu dan tidak bermutu. Bikin orang ketawa, ngga perlu bikin orang berpikir. Semakin lucu dan nampak bodoh, semakin diminati”.
“Bagaimana kriteria materi tiktok yang lucu dan menarik tersebut?” Tanya caleg. “Karena kamu generasi kolonial, bila materi tiktok yang kamu buat menarik menurut kamu, berarti itu tidak bagus. Buatlah materi yang kamu sendiri tidak suka. Bikin yang membuat kamu merasa norak, geli dan bila perlu merasa malu melihatnya. Maka materi yang seperti itulah yang menarik perhatian”, kata orang tersebut.
“Waduh, susah sekali menentukannya”, kata sang caleg. “Nah, begitulah sekarang ini. Tidak perlu yang bermutu, yang substansi. Karena pasti tidak ditonton. Kenapa demikian? Karena dunia keseharian warga sudah menjenuhkan, bikin stress dan perlu banyak refresing. Salah satunya dengan nonton tiktok. Kalau tiktok juga serius, pasti akan ditinggalkan”.
Hal-hal yang tidak penting, tidak serius, jauh dari substansi, kalau benar yang seperti itu lebih diminati, padahal mestinya harus serius, maka kebudayaan Banjar menyebutnya “kada mambadai”. (nm)