Nasrullah Antropolog ULM (Foto: istimewa) |
BORNEOTREND.COM - Di tengah bermunculannya tokoh-tokoh yang bakal mencalonkan diri sebagai Bupati atau Wakil Bupati Barito Kuala (Batola), antropolog ULM, Nasrullah mengingatkan bahwa kualitas kepala daerah kelak harus lebih baik dari sebelumnya.
“Pemilihan kepala daerah bukan sekadar agenda suksesi lima tahunan. Kemudian dilantik dan memimpin hingga batas waktu yang ditentukan, lalu pemilihan lagi,” terangnya pada Jumat (10/5/2024).
Ia menambahkan, tantangan bagi siapa pun yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah Bupati maupun wakil Bupati, mereka harus memastikan diri dan pasangannya berkualitas atau memiliki _grade A._ Bukan pasangan yang hanya menang tapi _lapah_ (lemah) dalam memimpin.
Menurut Nasrullah masyarakat Batola beruntung, karena sebelumnya ini mendapatkan pemimpin yang berkualitas level nasional dan level provinsi. Mereka memiliki visi yang melampaui geografis Batola itu sendiri.
Disaat memasuki reformasi 1998, Batola pernah dipimpin dua orang kepala daerah dengan kelas nasional, seperti Bardiansyah Mudjidi yang sebelumnya berlatar belakang birokrat di istana wakil Presiden RI. Bardiansyah Mudjidi menjadi Bupati Batola satu periode, 1998-2002.
Menurut pengamatan Nasrullah, pengalaman Mudjidi sebagai birokrat di istana Wakil Presiden diterapkan memperbaiki tata pemerintahan terutama keprotokoleran berstandar nasional. Ia juga membuka cikal bakal rancangan berdirinya Jembatan Rumpiang.
Bupati Batola setelahnya adalah Hasanuddin Murad. Kepiawaiannya sebagai politisi nasional, yakni anggota DPR RI dua periode (1999-2009) telah membawanya sukses sebagai Bupati Batola dua periode pula.
Periode pertama, Hasanuddin Murad berpasangan dengan Ma’mun Kaderi sebagai pasangan Wakil Bupati periode 2007-2012. Kemudian sebagai Bupati Batola berpasangan dengan Sukardhi pada periode 2012-2017.
Jembatan Rumpiang yang melintang di atas Sungai Barito, salah satu ikon Kabupaten Batola. (Foto: nett) |
“Di masa Hasanuddin Murad dilakukan penyempurnaan rencana berdirinya Jembatan Rumpiang, dan akhirnya dapat direalisasikan," terang Nasrullah.
Selain itu, Batola juga dianugerahi pemimpin yang mengakar di tingkat lokal. Setelah Bardiansyah Mudjidi, terpilihlah Eddy Sukarma sebagai Bupati yang berlatar belakang birokrat Batola yang berpasangan dengan Hatta Mazanie, berlatar belakang aktivis Eksponen 66 dan pengacara. Pasangan ini memimpin Batola selama satu periode (2002-2007).
"Di masa mereka, pemerintahan Batola berlangsung dengan stabil dengan kuatnya dukungan dari masyarakat,“ tegas Nasrullah.
Pemimpin Batola hasil suksesi lain adalah Noormiliyani, sebagai Bupati Batola yang sebelumnya berkiprah di level provinsi, yakni sebagai Ketua DPRD Provinsi Kalimatan Selatan dan Wakil Bupatinya adalah Rahmadian Noor yang sebelumnya menjadi anggota DPRD Batola.
"Pasangan ini memimpin dengan berbagai terobosan terutama membuka askes Batola hingga ke tempat yang belum terjangkau secara maksimal sebelumnya, seperti dengan proyek Kutabamara (Kuripan, Tabukan, Bakumpai dan Marabahan),“ urai Nasrullah.
Bagi Nasrullah, siapapun pasangan pemimpin Batola akan datang, selama mereka menunjukkan rekam jejak dan pengalaman berkualitas dengan latar belakang apapun, kelak jika terpilih merupakan anugerah bagi masyarakat Batola.
"Artinya mereka telah ditempa pengalaman tidak hanya membuat rencana, tetapi memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Bukan sosok yang lari dari masalah,“ tegas dosen ULM yang juga sering menulis di berbagai jurnal ilmiah, skala nasional maupun internasional.
Editor: Khairiadi Asa