DISKUSI: Even edukasi terhadap puluhan perajin sasirangan di Banjarmasin, Kamis (27/6/2024) di Hotel Galaxi Banjarmasin yang digelar oleh Forum Diskusi Sasirangan - Foto Dok Arum |
BORNEOTREND.COM, KALSEL- Forum Diskusi Sasirangan memberikan edukasi terhadap puluhan perajin sasirangan di Banjarmasin, Kamis (27/6/2024) di Hotel Galaxi Banjarmasin.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Banjarmasin Siti Wasilah mengatakan, kegiatan yang masuk dalam rangkaian Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke 8 ini bertujuan mengetahui persoalan yang sering dihadapi para pengrajin kain sasirangan.
"Forum ini bermaksud untuk kepentingan kemajuan Usaha Mikro Kecil Menegah atau UMKM maupun pengrajin kita," ucapnya seusai acara.
Tentunya event BSF bertujuan untuk memfasilitasi para UMKM khususnya perajin dalam promosi dan memasarkan produknya.
Selain itu, kesempatan ini juga menjadi ajang edukasi sekaligus apresiasi bagi para pengrajin melalui berbagai lomba yang diselenggarakan.
"Terpenting, masyarakat juga harus turut merasakan makanya ada pawai sasirangan," ujarnya.
Adapun berbagai masukan maupun aspirasi para pengrajin kain sasirangan tentunya menjadi catatan bagi Pemerintah Kota Banjarmasin.
Dirinya pun berkomitmen bahwa Dekranasda Kota Banjarmasin akan merangkul dan mengawal para perajin kain sasirangan menuju lebih baik.
"Mudah-mudahan apa yang disuarakan kita upayakan baik itu berupa solusi, atau berupa komitmen kita jaga komitmen bersama," katanya.
Dalam diskusi lanjutnya, dibahas juga mengenai standarisasi harga kain sasirangan yang merupakan warisan budaya Banjar itu.
Tinggal PR dalam hal itu, menyamarakan kualitas antar para pengrajin terhadap produknya agar tidak perbedaan.
"Untuk itu kita akan resmikan kampung jelujur yang mana para menjelujur harus menjelujur bagus hingga wajar ditawar dengan harga tinggi dan itu berpengaruh pada pendapatan mereka," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin Ichrom Muftezar menambahkan, standarisasi harga kain sasirangan sendiri tentunya menjadi perhatian.
Pasalnya, banyak perajin kain sasirangan di Kota Seribu Sungai yang menginginkan diterapkannya standarisasi harga.
"Ada kompetensi antar pengrajin dalam menjual produknya yang mana kualitas biasa dan harganya murah lebih banyak diminati orang luar jika dibanding kualitas bagus namun harganya mahal," bebernya.
Untuk itu lanjutnya, ke depan akan dicoba membuat pola agar ada standarisasi harga kain sasirangan dari semua pengrajin yang disepakati.
Berkaca dari harga kain batik berasal dari daerah Jawa itu dihargai cukup tinggi hingga dikisaran harga Rp300 ribu lebih untuk satu kain.
"Sedangkan kain sasirangan itu masih ada harganya Rp125 ribu. Justru ini akan merugikan pengrajin sasirangan. Makanya coba kita standarisasi dan ini akan berdampak pada para penjelujur," tutupnya.
Penulis: Arum