Mas Jiwo Pogog dan Kirana saat hadir di Kampung Buku di acara Ngobrol Santai yang dipandu Hajriansyah, Sabtu malam (13/7/2024). (Foto: Yadie Asa) |
BORNEOTREND.COM - Menjadi relawan tidak mesti selalu harus bekerja secara kelompok, tetapi bisa dilakukan secara sendirian dan mandiri. Itulah yang dilakukan oleh Mas Jiwo Pogog selama ini. Bahkan kini ia sedang menggarap beberapa program di Pulau Kalimantan, salah satunya ia lakukan di Desa Hinas Kiri di HST dan Loksado di HSS.
Kali ini ia mengajak Kirana, seorang siswa SMA Global Jaya School Jakarta untuk mengenal Kalsel lebih jauh, dengan tema observasinya "Rattan for Life".
Hadir di Kampung Buku dalam acara Ngobrol Santai yang dihadiri berbagai kalangan; akademisi, aktivis, mahasiswa dan jurnalis, Mas Jiwo Pogog menyebut dirinya sudah sejak tahun 2007 masuk ke Kalimantan. Melihat bagaimana kondisi dan potensi yang ada di salah satu pulau terbesar di negeri ini.
"Sebaiknya apapun profesi kita, kita harus jadi relawan. Itu akan lebih menyenangkan, dalam hal apapun sepanjang itu bermanfaat bagi masyarakat," ujar penerima Adhikarya Pangan Nusantara (APN Award) 2014 dari Kementerian Pertanian RI sebagai pelopor ketahanan pangan ini.
Ditanya mengapa ia bersama Kirana (siswa SMA Global Jaya School Jakarta) yang diajaknya ke Kalsel memilih Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk mengembangkan budi daya rotan, Mas Jiwo Pogog menjelaskan karena kawasan ini belum tersentuh aktivitas pertambangan. Mereka berdua pun saat ini sudah mengunjungi Desa Hinas Kiri di HST dan Loksado di HSS, di sana bersama masyarakat melakukan penanaman rotan.
"Kita memilih Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai wilayah yang akan kita kembangkan karena wilayah ini satu-satunya yang belum ada aktivitas pertambangan di Kalsel," ujar Mas Jiwo Pogog yang sebelumnya juga telah melakukan "Ziarah Kebudayaan dan Napak Tilas Perjuangan Tjilik Riwut" di tahun 2012 disaat terjadinya kebakaran hutan penuh kabut asap melakukan perjalanan dari wilayah Kalsel menuju Kalteng.
Saat ini ia juga sedang melakukan program yang diberinya nama Kalimantan 2K (kreatif dan kompetitif). Menurutnya program ini lebih dititikberatkan kepada pendekatan kultural yang di dalamnya kita bisa mendorong warga Kalimantan asli untuk lebih kreatif dan memiliki daya saing yang baik terhadap dinamika yang ditemui di sana khususnya terhadap pendatang dari berbagai pulau. Hal ini dimaksudkan agar tercipta iklim yang kondusif dan terbiasa dengan suasana berkompetisi secara alami.
"Saya di Solo mengembangkan usaha mebel, banyak relasi saya dari berbagai negara yang datang. Setiap mereka datang selalu saya infokan tentang kekayaan dan keindahan alam Kalimantan Selatan khususnya, dan Kalimantan secara umum. Jadi saya ini juga duta wisata walaupun tidak resmi," ujarnya.
Mas Jiwo Pogog sebenarnya sudah melakukan perjalanan ke berbagai wilayah di Indonesia, hampir semua pulau ia masuki. Ia juga mengaku disebut sebagai Kalimantanis baru di acara ini.
"Sebaiknya kita juga harus menjadi Sumateranis, Jawanis, Papuanis dan lainnya, sehingga bisa merasakan dan memahami pentingnya persatuan hidup di negara ini," pungkasnya.
Penulis: Khairiadi Asa