Festival Literasi Banjarbaru ke-4, Mengupas Literasi Berbasis Film untuk Generasi Sekolah Dasar

 

Festival Literasi Banjarbaru yang ke-4 menghadirkan narasumber Kepala Sekolah SDN 1 Sungai Besar, Ridho Amalia. Foto-dok. Media Center Kota Banjarbaru


BORNEOTREND.COM, KALSEL - Bincang Temu Literasi menjadi penanda telah berlangsungnya Festival Literasi Banjarbaru ke-4. Menghadirkan Duta Baca Kota Banjarbaru dan Tenaga Pendidik dengan mengusung tema Penguatan Literasi Berbasis Film Tingkat Pelajar Sekolah Dasar.

Kegiatan ini digelar di Studio Mini Lantai 2 Darpusda Banjarbaru, Kamis (17/10/2024).

Festival Literasi Banjarbaru yang ke-4 ini diselenggarakan oieh Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru, sebuah perhelatan tahunan yang terus mendorong semangat literasi di kalangan masyarakat, khususnya pelajar.

Para peserta Bincang Temu Literasi ini dari kepala sekolah dan guru tingkat Sekolah Dasar Kota Banjarbaru sebanyak 50 orang, dan menghadirkan narasumber Kepala Sekolah SDN 1 Sungai Besar, Ridho Amalia yang berbagi ilmu tentang praktik penguatan literasi melalui film.

Dengan berfokus pada literasi berbasis film, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru berharap dapat memperluas cara pandang terhadap literasi, tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca buku, tetapi juga melalui media visual seperti film, yang kini semakin mudah diakses oleh generasi muda.

“Dengan adanya bincang temu literasi bersama dengan tenaga pendidik ini dapat menambah semangat para guru, khususnya ditingkat sekolah dasar dalam mengembangkan kegiatan literasi digital,” ucap Rosida Ridha mewakili Kepala Dinas Arsip Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru.

 

Sementara itu, Ketua Pelaksana Festival Literasi Banjarbaru 2024 sekaligus Duta Baca Banjarbaru, Nudan Nur mengatakan, pihaknya ingin menyemarakkan giat literasi itu tidak hanya soal kemampuan berbahasa saja.

“Di SDN Sungai Besar 1 mereka mencoba mengeksplorasi sebuah tema yang namanya rekayasa dan teknologi, di sana mereka mencoba membuat film. Mulai dari membuat skrip, belajar akting hingga proses editing,” ujarnya.

Lanjut Hudan, tentunya harapan bisa menjadi role model atau pilihan bagi sekolah dasar lainnya bisa menerapkan hal yang sama.

“Dalam garis besar tentunya ada praktik baik, mudah-mudahan sekolah yang gagap dan binggung melaksanakan project P5 bisa saja praktik membuat film untuk anak sekolah dasar manjadi alternatif sebuah pilihan solusi,” tutupnya. 

Sumber: Media Center Kota Banjarbaru


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال