Politik Dinasti, Apa Salahnya? Ahli Tata Negara UMKT Angkat Bicara

 

MENYAPA WARGA: Calon Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud saat menyapa masyarakat - Foto Dok Istimewa


BORNEOTREND.COM, KALTIM- Isu politik dinasti kembali mengemuka dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Tahun 2024.  

Menanggapi hal ini,  Ahli Tata Negara Associate dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Prof. Elviandri,  mengajak masyarakat untuk melihat fenomena ini secara jernih dan proporsional.

"Dalam sejarah kepemimpinan dunia, kita tidak bisa lepas dari dinasti politik. Kekuasaan  beredar di antara orang-orang terdekat, seperti dalam sistem kerajaan di mana kekuasaan diwariskan kepada anak.  Ini masih terjadi di beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Malaysia, dan Brunei," jelas Prof. Elvi, Jumat (1/11/2024) di Samarinda.


Lebih lanjut, Prof. Elvi  menekankan bahwa dalam sistem demokrasi, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk dipilih dan memilih,  sebagaimana dijamin oleh konstitusi.  

"Semua orang berhak, kecuali mereka yang  hak politiknya dicabut berdasarkan putusan pengadilan," tegasnya.

Terkait dengan isu dinasti politik, Prof. Elvi  menyoroti pentingnya  melihat proses  seseorang menjadi pemimpin. 

"Pemilu di Indonesia menganut prinsip  jujur, adil, dan transparan. Yang perlu kita bahas adalah prosesnya, apakah konstitusional dan demokratis,"  tambahnya.

Dirinya juga menekankan bahwa dalam menilai dinasti politik,  harus digunakan pendekatan demokrasi substansial, bukan prosedural.  

"Demokrasi substansial  menilai  esensi dari demokrasi itu sendiri,  sementara demokrasi prosedural hanya  melihat  prosedur  atau tata cara pelaksanaan demokrasi,"  terangnya.

Prof. Elvi  juga  menyinggung  mengenai  elektabilitas  versus  kompetensi  dalam  konteks Pemilu. 

"Konsekuensi dalam Pemilu adalah elektabilitas, bukan kompetensi.  Masyarakatlah yang  memilih,"  ujarnya.

Sebelumnya, beberapa pekan terakhir  Calon Gubernur Kaltim nomor urut 2 Rudy Mas'ud diterpa isu dinasti politik.  Hal ini  dikarenakan beberapa saudaranya  aktif  dalam dunia politik  dan memegang  posisi penting.  

Di Balikpapan kakak Rudy Mas'ud Rahmad Mas'ud,  kembali mencalonkan diri sebagai Wali Kota.  Dua saudara lainnya,  Hasanuddin Mas'ud  dan Syahariah Mas'ud, merupakan anggota legislatif Kaltim.  Hasanuddin  bahkan menjabat sebagai Ketua DPRD Kaltim.

Menanggapi  isu  tersebut,  Rudy Mas'ud  menegaskan  bahwa  Indonesia  menganut  sistem demokrasi  di mana rakyatlah yang memilih pemimpinnya.  

"Kita bukan kerajaan atau monarki.  Rakyatlah yang menentukan,"  tegasnya dalam sebuah video yang beredar di WhatsApp.

Rudy mengajak masyarakat untuk menilai  kinerjanya  selama ini.  

"Mungkin  saya  terpilih  karena  memiliki  kompetensi,  energi,  kapasitas,  dan  kapabilitas,"  ujarnya.  

Ia  menjelaskan  bahwa  kapasitas  merupakan  kemampuan,  sementara  kapabilitas  adalah  pengetahuan.

Isu  politik dinasti  memang  sering  muncul  dalam  Pilkada.  Di  satu  sisi,  ada  kekhawatiran  terkait  potensi  penyalahgunaan  kekuasaan  dan  nepotisme.  Di  sisi  lain,  ada  juga  pendapat  bahwa  setiap  warga  negara  memiliki  hak  yang  sama  untuk  berpartisipasi  dalam  politik,  termasuk  mereka  yang  berasal  dari  keluarga  politisi.

Terlepas  dari  pro  dan  kontra  mengenai  politik dinasti,  yang  terpenting  adalah  masyarakat  memiliki  pemahaman  yang  baik  mengenai  politik  dan  demokrasi.  Pendidikan  politik  yang  memadai  akan  membantu  masyarakat  dalam  membuat  pilihan  yang  tepat  saat  Pemilu.  Masyarakat  perlu  menilai  rekam  jejak,  visi,  misi,  dan  program  kerja  para  calon  pemimpin,  bukan  sekadar  faktor  kekerabatan.

Dengan  demikian,  proses  demokrasi  dapat  berjalan  dengan  baik  dan  menghasilkan  pemimpin-pemimpin  yang  benar-benar  mampu  mewujudkan  kebaikan  bagi  masyarakat.

Penulis: Agustina

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال