Menyoal Adiksi Kunjungan Kerja Wakil Rakyat (II/habis)

 

Oleh Nasrullah
Penulis Antropolog dan Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi, FKIP ULM


BORNEOTREND.COM - Setelah membahas angka kunjungan kerja wakil rakyat kabupaten X yang fantastis dan melihat dalam persfektif lokal sebagai aktivitas bahayauan (keluyuran). Bagian ini membahas dampak intensitas kunjungan kerja yang membuat jarak dengan rakyat (people distancing) dan memperlihatkan pola seperti terbakarnya spiral lingkaran obat nyamuk dari bagian dalam ke luar.

Berjarak dengan rakyat (People Distancing) intensitas tinggi wakil rakyat melakukan kunjungan kerja menunjukkan posisi berjarak dengan rakyat (people distancing) yang diwakilinya. 

Pertama, berjarak waktu karena keberadaan wakil rakyat dalam sebulan hanya ada hitungan hari di kantornya. Kondisi ini menyulitkan rakyat mendapatkan agenda audiensi kepada wakil rakyat untuk menyampaikan persoalannya. Padahal persoalan masyarakat bisa datang tiba-tiba tanpa terencana sebelumnya. Itulah sebabnya, agenda audiensi menyesuaikan wakil rakyat atau pimpinan DPRD ada di tempat.

Kedua, terdapat jarak geografis karena kunjungan wakil rakyat lebih intens ke luar Kalimantan. Sangat mustahil rakyat mendatangi wakilnya yang sedang kunjungan kerja keluar daerah seperti Pulau Jawa dan Bali. Lain hal jika wakil rakyat tersebut mengunjungi masyarakatnya yang berdiaspora di suatu daerah baik karena tujuan studi, bekerja secara sirkuler atau permanen.

Kedua kondisi jarak itu tidak serta merta diberikan jalan pintas (by pass) misalnya dengan adanya fasilitas telekonferensi dengan teknologi canggih seperti Zoom Meeting yang banyak digunakan saat ini. 

Kalaupun ada kesadaran berjarak dengan rakyat (people distancing) tidak serta merta pula rakyat datang ke kantor dewan mendapatkan kompensasi berupa uang perjalanan sebagai pengganti ongkos transportasi. Mendapatkan kompensasi perjalanan audiensi itu tentu ide yang konyol karena berpihak kepada rakyat, bahkan rakyat sendiri tidak akan memikirkan hal tersebut sebab yang paling bernilai adalah keluhan dan aspirasi mereka diakomodasi. 

Sebagai masyarakat biasa dari kabupaten Barito Kuala, saya terlibat memperjuangkan aspirasi masyarakat di kantor DPRD Batola tahun 2019. Dibalik semua itu, menghadirkan puluhan warga ke kantor wakil rakyat yang berjarak puluhan kilometer sungguh menguras kantong warga desa. 

Namun yang didapatkan tentu bukan berupa tebusan uang untuk biaya perjalanan dari desa ke ibukota kabupaten, bukan pula uang saku dihitung per jam sebagai kunjungan rakyat, kompensasi tersebut adalah tersalurkan aspirasi dan akomodir oleh wakil rakyat.

Pola Obat Nyamuk Bakar

Adiksi kunjungan kerja wakil rakyat kabupaten X menimbulkan jarak dengan rakyat (people distancing) baik secara waktu dan geografis membentuk pola seperti pergerakan api pada lingkaran spiral obat nyamuk bakar dengan arah sebaliknya. Obat nyamuk terbakar dari lingkaran terdalam yang bergerak ke lingkaran terluar menuju posisi berjarak dengan rakyat. Sebaliknya, ada momentum spiral obat nyamuk terbakar secara normal dari lingkaran terluar menuju lingkaran inti untuk merapat dengan rakyat.   

Lalu pertanyaannya bagaimana pola ini terjadi? 

Jawabannya adalah soal momentum pesta rakyat pemilihan legislatif. Pasca pemilihan legislatif seperti pola obat nyamuk terbakar menuju spiral terluar. Pola ini anti turba (turun ke bawah) yang intens dilakukan pejabat mengunjungi masyarakat pada masa Orde Baru. Sebaliknya menjelang pemilihan, polanya seperti api yang membakar obat nyamuk menuju spiral bagian dalam yang tentu orientasinya lebih kepada menarik perhatian konstituen untuk kepentingan agenda elektoral.

Saya tidak ingin membahas apakah hal ini disebabkan perpaduan tingginya ongkos politik dan faktor transaksional. Bagian terpenting adalah bagaimana pola ini berubah agar wakil rakyat benar-benar sebagai representasi rakyat yang mula-mula berasal dari konstituen juga memahami masyarakat di kabupaten X di luar batas daerah pemilihan tanpa harus menunggu waktu menjelang pemilihan kembali. Bagian ini biarlah menjadi pemikiran bersama, dan mengakhiri tulisan ini sebuah harapan berasal dari bait lagu Surat bagi Wakil Rakyat karya Iwan Fals;

“Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan”






Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال