Oleh: IBG Dharma Putra (Forum Ambin Demokrasi) |
BORNEOTREND.COM - Pemerintah sudah menetapkan bahwa semua Kepala Daerah terpilih, akan dilantik di tanggal 6 Februari, bersama sama di Jakarta, langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Sejarah baru mulai terukir, dipilih serentak, dilantik serentak dan oleh Presiden.
Pemimpin baru hasil pemilihan tentunya masih menyisakan pro kontra politik sekaligus wajib mengetahui reaksi yang mungkin timbul atas sebuah penolakan sehingga bisa menghadapi reaksi tersebut secara lebih arif dan bijaksana.
Umumnya reaksi untuk sebuah keputusan yang tidak dikehendaki adalah kaget, menolak serta menyalahkan, marah disertai penyiapan tawar menawar, depresi. Semua reaksi penolakan ini wajib dikelola dan dijadikan penerimaan dewasa disertai kesadaran pilihan tak sesuai terkabul tapi kenyataan hidup harus selalu bisa diterima.
Sikap awal yang diperlukan adalah kesadaran sebagai pemimpin baru yang masih berada di pinggir dan hendak menuju ke tengah panggung pemerintahan sebagai ladang pengabdian dan pelayanan dalam upayanya menyejahterakan masyarakat yang dipimpinnya
Menuju tengah adalah pergeseran paradigma, dari yang lama ke yang baru, sekaligus saat yang paling tepat untuk pembenahan harmoni kepemerintahan, sehingga diperlukan pemikiran kreatif, argumentasi asimetris disertai tindakan atraktif.
Dasar pijakannya adalah critical appreciation terhadap semua konsep dan operasionalisasi program sebelumnya untuk menciptakan upaya pengabdian yang lebih luas. Pendekatan klasik berupa aksi think again, think ahead dan think across, terasa masih layak dilakukan.
Potensi lebih hebat akan muncul jika ditambah dengan penyikapan tepat terhadap berubahnya karakter pencarian pelayanan maupun gerakan masyarakat, yang lebih berbau internet dan aksi memviralkan masalah di media sosial.
Tumpukan kenyataan diatas, membuat seorang pemimpin memerlukan kecerdasan komunikasi, terutama aspek empati sehingga dapat dengan cepat, dapat memahami pengalaman pimpinan sebelumnya dalam melakukan aksi komunikasi kepemerintahan, serta diam diam mengambil hikmahnya.
Kenyataan tersebut, mewajibkan pemimpin untuk melatih kesabaran serta meningkatkan kemampuan mendengar bahkan untuk mampu mendengar yang belum terucap sebagai dasar bagi keterbukaan terhadap pemikiran semua lapisan masyarakat, mengambil hatinya yang akan berujung pada menjadi idolanya.
Mungkin perlu mencontoh para pendiri bangsa, rajin membaca untuk mengejar pengetahuan baru, dilanjutkan dengan mengekspresikannya dalam bentuk tulisan dan mengembangkan rasa ingin tahu untuk menyelesaikan perbedaan, diawali dengan bertanya agar masalah menjadi lebih jelas bahkan dengan metode seventh why.
Pemimpin tidak tabu melakukan show of porce, dengan memperlihatkan bahkan memamerkan keberanian dan kekuatan mentalnya, bertujuan penggalangan loyalitas dan kepatuhan aparat pada satu kesatuan komando. Kepercayaan diri membuat seorang pemimpin menempatkan upaya dari semua pihak sebagai kolaborasi dan bukan kompetisi.
Semuanya dilakukan secara bertahap bersama sama dengan aksi menyelaraskan tujuan pribadi dengan misi kepemimpinannya. Dengan begitu, kesejahteraan bersama akan cepat tercapai.