![]() |
DEMO: Driver ojol mengeluh dalam aksi demo karena hanya mendapatkan BHR senilai Rp 50 ribu-Rp 100 ribu, jauh dari yang didengar Presiden Prabowo Subianto yang Rp 1 juta – Foto cnnindonesia.com |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA – Driver ojek online (ojol) di Indonesia mengancam akan melakukan aksi besar setelah Hari Raya Idulfitri 2025. Mereka merasa kecewa dengan Bantuan Hari Raya (BHR) yang diberikan oleh aplikator, yang hanya berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, jauh dari janji yang sebelumnya disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Presiden sebelumnya mengungkapkan bahwa setiap ojol seharusnya menerima BHR sebesar Rp 1 juta.
Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono, mengungkapkan bahwa nilai BHR yang diterima para driver menyalahi ketentuan pemerintah. Mengacu pada Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan, BHR seharusnya diberikan dengan nilai 20 persen dari pendapatan setahun terakhir. Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil ojol yang menerima BHR mendekati Rp 900 ribu, sementara mayoritas lainnya hanya menerima BHR senilai sangat kecil, yaitu Rp 50 ribu.
"Sebagian besar driver hanya menerima Rp 50 ribu. Ini adalah bentuk penipuan terhadap Presiden, juga membangkang terhadap Menaker," ujar Igun dengan nada keras dalam konferensi pers pada Senin (24/3/2025).
Igun memberi contoh beberapa driver yang telah bekerja selama lima tahun di aplikasi ojek online, namun hanya mendapatkan BHR yang sangat kecil. Ia menilai perlakuan ini sangat tidak adil bagi para pekerja keras yang selama ini mengabdi untuk perusahaan. Selain itu, banyak dari mereka yang harus menanggung biaya pemotongan platform hingga 50 persen dari setiap orderan yang diterima, sehingga sangat sulit untuk mencapai penghasilan yang layak.
“Aplikator hanya memberikan BHR sebesar Rp 50 ribu, sementara mereka meraup untung besar dari usaha para driver. Ini adalah bentuk perbudakan bagi ojol, bukan kemitraan,” tegas Igun.
Igun mengungkapkan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan telah menerima laporan terkait BHR yang tidak sesuai dengan SE Menaker, dan mereka diminta untuk membuat pengaduan resmi ke Posko THR Kementerian Ketenagakerjaan. Asosiasi Driver Ojol berencana melaksanakan aksi besar setelah Hari Raya Idulfitri 2025, untuk memperjuangkan hak mereka.
Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati, turut menyuarakan hal yang sama. Ia mengajak para driver untuk melakukan aksi massal pada 25 Maret 2025, pukul 10.00 WIB di Kementerian Ketenagakerjaan Jakarta. Para driver yang tidak dapat hadir di Jakarta diminta untuk mendatangi kantor pemerintah daerah setempat untuk mengadukan kondisi tersebut.
Lily juga menyoroti adanya skema diskriminatif yang diterapkan oleh aplikator, seperti pemotongan platform hingga 50 persen dari pendapatan driver. Hal ini dianggap menggerus pendapatan ojol dan menyebabkan mereka terlihat tidak produktif, meskipun mereka bekerja keras setiap hari.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengimbau kepada para aplikator untuk meningkatkan nilai BHR bagi ojol menjadi lebih dari Rp 1 juta, dengan menyatakan bahwa para pengusaha harus memperhatikan nasib para pekerjanya yang selama ini berkontribusi besar terhadap keuntungan yang diraih perusahaan. Namun, janji tersebut belum sepenuhnya terwujud, dan banyak driver merasa dikecewakan.
“Pengusaha harus tahu bahwa keuntungan yang mereka raih selama ini tidak lepas dari kerja keras para pekerja seperti driver ojol. Seharusnya mereka memberikan timbal balik yang layak,” kata Prabowo dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Menurut aturan, BHR untuk driver ojol harus dibayarkan paling telat H-7 sebelum Hari Raya Idulfitri. Dengan Idulfitri yang jatuh pada 31 Maret 2025, seharusnya driver sudah menerima bantuan tersebut pada hari ini. Namun, kenyataannya masih banyak ojol yang belum menerima bantuan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Para driver ojol kini menuntut pemerintah dan aplikator untuk segera mengambil tindakan tegas agar hak-hak mereka dipenuhi secara adil. Jika tidak ada langkah nyata, mereka berencana melakukan aksi besar untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka pasca Idulfitri.
Sumber: cnnindonesia.com