![]() |
TANAM KOPI: 250 pohon kopi robusta tumbuh dengan baik di lahan rawa di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, di Rantau, Kabupaten Tapin – Foto Antara |
BORNEOTREND.COM, KALSEL - Petani di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, kini mengembangkan kopi robusta di lahan rawa, sebuah inovasi baru di tengah kendala tanam komoditas lain. Keberhasilan ini menciptakan potensi baru dalam sektor pertanian di wilayah yang selama ini lebih dikenal sebagai daerah untuk tanaman di dataran tinggi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, Triasmoro, menjelaskan bahwa kopi robusta, yang biasanya dikembangkan di dataran tinggi, kini terbukti bisa tumbuh dengan baik di lahan rawa.
“Selama ini kopi lebih banyak dikembangkan di dataran tinggi, tetapi keberhasilan petani di Desa Hiyung membuktikan bahwa lahan rawa pun bisa produktif,” ungkapnya di Rantau Tapin pada Selasa (11/3/2025).
Kopi robusta (Coffea canephora) sendiri merupakan spesies tanaman kopi yang berasal dari Afrika bagian tengah dan barat, dan biasanya berkembang pesat di daerah dengan ketinggian tertentu.
Menurut Triasmoro, keberhasilan ini menjadi referensi bagi petani lain untuk mencoba diversifikasi tanaman, terutama bagi mereka yang menghadapi kendala dalam menanam cabai atau komoditas lain yang lebih sensitif terhadap kondisi lahan.
"Dinas Pertanian akan memantau perkembangan kopi robusta ini. Jika terbukti bisa bertahan dan produktif, kami akan dorong pengembangan lebih luas lagi," tambah Triasmoro.
Sementara itu, Amat, salah satu petani kopi robusta di Desa Hiyung, menceritakan bahwa lahan yang kini ditanami kopi adalah bekas lahan cabai yang gagal panen. Dengan berpindah ke kopi robusta, lahan tersebut kini menunjukkan hasil yang lebih baik.
"Penanaman awal sebanyak 260 bibit kopi robusta, alhamdulillah sekarang bertahan dan tumbuh dengan baik sebanyak 250 pohon kopi," ujar Amat.
Bibit kopi yang ditanam berasal dari Desa Asam Randah, Kecamatan Hatungun. Amat juga menyebutkan bahwa harga kopi yang relatif stabil di pasaran menjadi motivasi utama untuk mencoba membudidayakan kopi di lahan rawa, mengingat permintaan kopi lokal yang terus berkembang.
"Di Tapin, kopi sekarang punya pasar yang bagus, dengan makin banyak tempat ngopi, tapi kopi lokal belum banyak tersedia. Di sinilah peluangnya," kata Amat, yang optimis akan potensi pasar kopi lokal yang terus berkembang.
Dalam hal perawatan, Amat mengungkapkan bahwa pengembangan kopi robusta tidak terlalu rumit. Ia hanya perlu rutin membersihkan lahan dari gulma dan memberikan pupuk.
"Kalau dihitung-hitung, tidak terlalu banyak memakan modal. Dalam dua hingga tiga tahun ke depan, kopi kami sudah mulai berbuah dan menghasilkan panen yang pertama," jelasnya.
Dengan semakin stabilnya harga kopi dan permintaan yang terus meningkat, perkembangan kopi robusta di lahan rawa ini bisa menjadi alternatif baru bagi petani di daerah Tapin, membuka peluang bagi pertanian yang lebih beragam dan menguntungkan.
Sumber: Antara