Punya Lift Hingga Eskalator, Masjid Quwwatul Islam di Jogja Ternyata Dibangun Oleh Warga Banjar

 

MEGAH: Suasana Masjid Quwwatul Islam di pusat Kota Yogya - Foto Dok Nett


BORNEOTREND.COM, YOGYAKARTA- Masjid Quwwatul Islam di pusat Kota Yogya, tepatnya di sisi timur Kantor Gubernur DIY, menjadi simbol persaudaraan antara masyarakat Banjar dan Yogya yang sudah terjalin sejak lama.

Hal itu disampaikan Ketua Takmir Masjid Quwwatul Islam yang juga keturunan asli Banjar yang tinggal di Jogja, Nanang. 

Salah satunya ditunjukkan dari arsitektur masjid yang dibangun dengan perpaduan budaya Banjar dan Jogja.

Arsitektur Banjar sangat menonjol pada desain atap yang mengusung konsep tumpang talu (tingkat tiga) yang bermakna islam, iman, dan ihsan. Sedangkan arsitektur Jogja bisa dilihat dari ornamen interior seperti ukiran-ukiran pada tiang yang menyerupai Masjid Gedhe Kauman.

Selain itu, masjid ini juga memiliki menara yang melambangkan Tugu Golong-gilig yang difungsikan juga sebagai lift.

“Jadi perpaduan budaya Banjarmasin dengan budaya Jogja,” ujar Nanang.


Tak hanya punya lift, masjid ini juga memiliki eskalator layaknya mall. Hal ini kata dia untuk memudahkan para jemaah, terutama yang sudah tua, saat mau beribadah di lantai atas.


MEGAH: Lift di Masjid Quwwatul Islam Yogya - Foto Dok Nett

“Bukan mengikuti mall ya, karena kita melihat jemaah kan sebagian banyak yang sepuh-sepuh. Yang paling utama untuk memudahkan akses saat salat jumat,” jelasnya.

Masjid ini terdiri dari lima lantai, yakni basement, area usaha yayasan, dua lantai untuk salat, dan aula di lantai lima yang terbuka untuk kegiatan masyarakat.

Dari Surau Kecil Jadi Masjid 5 Lantai


HADIR: Sultan HB X saat meresmikan Masjid Quwwatul Islam Yogya - Foto Dok Pemda DIY


Sebelum jadi masjid 5 lantai sebesar sekarang, masjid ini hanyalah surau kecil bernama Langgar Kalimantani yang dibangun pada 1943 atas izin Sultan HB IX. Hal itu karena pada masa kolonial, masyarakat Banjar ikut berjuang bersama masyarakat Jogja untuk berperang melawan Belanda.

Sultan HB IX kemudian memberikan izin kepada masyarakat Banjar untuk mendirikan masjid di tanah kasultanan.

“Kemudian tahun 1953, supaya kita tidak merasa eksklusif, merasa elite, orang Banjar merasa lebih dari yang lain, akhirnya diajukan, diusulkan, berganti nama menjadi nama Quwwatul Islam,” tambahnya.

Masjid ini kemudian direnovasi total pada 2015, menjadi lima lantai dengan biaya sekitar Rp15 miliar yang berasal dari donasi. Proses renovasi Masjid Quwwatul Islam beres pada 2023 dan diresmikan langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X.

“Ngarsa Dalem, Beliau dengan bijaknya waktu meresmikan jalan kaki beliau dari Kepatihan, luar biasa Sultan,” ujarnya.

Proses peresmian langsung oleh Sultan ini kata dia memiliki arti penting bagi masyarakat Banjar, sebab hal itu berarti Sultan sebagai pemilik tanah telah mempersilakan dan mengizinkan tanah itu digunakan untuk masjid.

“Jadi kita dikasih kebijakan, tanda kutip kewenangan untuk mengolah tanah ini, sampai kapanpun sementara masih tempat ibadah, surat kekancingan itu tidak akan dicabut. Dan silakan berfungsi sebagai masjid, sepanjang dunia lah, dan itu kita wajib lapor per 10 tahun, tapi kita tanpa biaya Rp1 pun,” tukasnya.

Sumber: Pandangan Jogja

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال