Anggota Komisi II DPRD Kalsel Firman Yusi Dukung Pengembangan Pertanian Berbudaya Korporasi

Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Firman Yusi – Foto DPRD Kalsel


BORNEOTREND.COM, KALSEL - Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Firman Yusi, mendukung penuh rencana pemerintah provinsi untuk mengembangkan pertanian berbudaya korporasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalsel 2025-2029. Namun, ia menekankan bahwa untuk mewujudkannya, Kalsel harus menghadapi tantangan revolusi pertanian yang mendasar.

Firman Yusi, yang juga merupakan alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, mengungkapkan bahwa meski mendukung rencana Pemprov Kalsel terkait pengembangan pertanian berbasis korporasi, ia menilai revolusi pertanian di provinsi agraris ini tidak bisa dihindari.

“Pada prinsipnya, kami mendukung sepenuhnya pengembangan pertanian berbudaya korporasi yang tercantum dalam RPJMD Kalsel 2025-2029. Namun, kita tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa revolusi pertanian harus segera dilakukan,” ujar Firman Yusi.

Menurut Firman, konsep "petani berbudaya korporasi" pertama kali diperkenalkan dalam pembahasan rancangan awal RPJMD Kalsel 2025-2029 pada 25 Maret 2025 lalu. Konsep ini mengarah pada pengelolaan pertanian yang lebih terorganisir, berorientasi bisnis, dan bersifat kolaboratif, berbeda dengan model pertanian tradisional yang lebih bersifat individualistis.

“Konsep ini pada dasarnya bertujuan untuk memodernisasi sektor pertanian dengan profesionalisasi melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen bisnis. Hal ini memungkinkan petani untuk bekerja lebih efisien, mengakses sumber daya lebih baik, dan bersaing lebih efektif di pasar,” jelasnya.

Namun, Firman menegaskan bahwa pengembangan pertanian berbudaya korporasi di Kalsel bukan tanpa tantangan. Salah satu masalah terbesar adalah sumber daya manusia (SDM), di mana rata-rata usia petani di provinsi ini sudah di atas 40 tahun, sementara minat generasi muda terhadap pertanian cenderung rendah. Untuk itu, perubahan cara berpikir dan bertindak di kalangan petani sangat diperlukan.

“Pemprov Kalsel harus mengambil langkah yang lebih progresif dalam hal ini. Selain itu, ada tantangan besar lain yang harus dihadapi, yaitu kondisi lingkungan. Perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam (SDA), cuaca ekstrim, dan banjir seringkali menjadi penyebab utama kegagalan dalam pertanian,” tambah Firman.

Sebagai solusi, Firman mengusulkan perlunya persiapan SDM yang matang serta rekayasa lingkungan pertanian, yang mencakup pembangunan infrastruktur pengairan dan dukungan rantai pasokan yang lebih baik. Ia juga menekankan pentingnya anggaran yang cukup besar untuk mewujudkan hal tersebut.

“Kalsel harus mempersiapkan SDM secara serius dan mendukung pembangunan infrastruktur yang menunjang pertanian, seperti sistem irigasi yang baik dan dukungan rantai pasokan yang lancar. Semua ini memerlukan perhatian khusus dan anggaran yang cukup besar,” ujar Firman, yang juga merupakan Wakil Rakyat dari daerah pemilihan Kalsel V (Kabupaten Hulu Sungai Utara, Balangan, dan Kabupaten Tabalong).

Dengan tantangan yang ada, Firman yakin jika langkah-langkah progresif diambil, sektor pertanian Kalsel dapat menjadi lebih maju dan berkelanjutan di masa depan.

Sumber: Antara

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال