Petani di HST Mengeluh Kolam Regulasi Pengendali Banjir Kurang Berfungsi Maksimal dan Menggangu Pertanian

Kolam regulasi pengendali banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan – Foto Antara


BORNEOTREND.COM, KALSEL - Warga Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, mengeluhkan dampak pembangunan kolam regulasi pengendali banjir yang tidak berfungsi optimal bahkan justru mengganggu usaha pertanian mereka dan menyebabkan kesulitan dalam bercocok tanam.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) RT01 dan RT02 Desa Paya Besar, Kecamatan Batu Benawa, Thalbi mengungkapkan bahwa keberadaan kolam tersebut menghambat aliran air yang biasa digunakan untuk pertanian, sehingga membuat sawah-sawah terendam banjir dan tanaman padi menjadi rusak.

Menurut Thalbi, keberadaan kolam regulasi yang awalnya dimaksudkan untuk mengatasi banjir malah menyebabkan kesulitan bagi petani untuk bercocok tanam secara normal. 

"Kecuali untung-untungan, yaitu selagi air masih surut, tapi kalau sudah tanam banyu dalam anak banih (padi) bisa bangai (busuk terendam)," ujar Thalbi.

Dampak buruk ini dirasakan oleh petani yang menggarap puluhan hektare sawah yang tidak bisa ditanami dengan baik, berakibat pada penurunan pendapatan warga.

Thalbi berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) HST segera mencari solusi untuk masalah ini, meskipun proyek tersebut bukan bagian dari program pemerintah daerah setempat.

Muhran, seorang pemuka masyarakat Kecamatan Batu Benawa, memperkirakan proyek kolam regulasi ini kurang melalui kajian yang mendalam sebelum pelaksanaan.

"Tujuan pemerintah itu baik. Tapi karena tanpa kajian seksama dan mendalam, justru menimbulkan dampak yang mungkin tidak perlu terjadi," ungkap Muhran.

Wakil Bupati HST, H Rosyadi Elmi, menyatakan bahwa pemerintah daerah tengah berupaya menyusun program pembangunan pertanian yang komprehensif dan terpadu, mencakup sektor hulu dan hilir.

"Insya Allah kita mulai pada APBD mendatang, karena APBD tahun ini masih melanjutkan program Bupati terdahulu," ujar Rosyadi Elmi.

Rosyadi Elmi menambahkan bahwa sektor pertanian di HST, yang sejak lama menjadi sentra penghasil beras untuk Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Tengah (Kalteng), harus tetap didorong agar semakin maju dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

"Kami berharap usaha pertanian terus meningkat di Bumi Murakata HST," tambahnya.

Sebagai informasi, HST telah lama dikenal sebagai wilayah penghasil beras yang signifikan, dengan sejarah panjang dalam mengembangkan pertanian, terutama melalui penggunaan irigasi teknis.

Pada tahun 1981, Desa Aluan Besar di Kecamatan Batu Benawa bahkan menjadi tuan rumah Pekan Nasional (Penas) Tani sebagai ajang studi banding para petani se-Indonesia.

Namun, dengan adanya dampak dari proyek kolam regulasi ini, para petani di HST berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah dan pusat untuk memastikan bahwa solusi pengelolaan air yang diimplementasikan dapat mendukung kesejahteraan mereka dan kelangsungan sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama di Bumi Murakata.

Sumber: Antara

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال